Selasa, 31 Juli 2012


Derita Muslim Rohingya

Presiden Myanmar mengatakan kepada PBB, hanya ada dua solusi untuk suku Rohingya di negaranya: tinggal di kamp pengungsi atau dideportasi.
Presiden Thein Sein mengatakan, Myanmar akan mengirim kaum Rohingya pergi “jika ada negara ketiga yang mau menerima mereka.” “Kami akan mengambil tanggung jawab atas suku-suku etnik kami, tapi tidak mungkin menerima orang-orang Rohingya yang masuk secara ilegal, yang bukan termasuk etnik Myanmar,” katanya kepada Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi, Antonio Guterres.
Pada bulan Juni, bentrokan antara kaum Rohingya yang Muslim dan etnik Rakhine mengakibatkan paling tidak 80 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi.
Setelah puluhan tahun mengalami diskriminasi, kaum Rohingya kini tidak punya negara atau stateless. Myanmar pun membatasi gerak mereka dan  tidak memberi hak atas tanah, pendidikan dan layanan publik, demikian dikatakan PBB.
Suku Rohingya yang kehadirannya di Myanmar dan Bangladesh ditolak selama bertahun-tahun menyebabkan banyak diantara mereka yang bermigrasi ke Malaysia atau Thailand. Diperkirakan ada 300 ribu orang yang tinggal di dua negara tersebut.
Menurut badan urusan migrasi dan imigran PBB, UNHCR, sekitar satu juta orang Rohingya kini diperkirakan hidup di luar Myanmar, tapi belum ada negara ketiga yang bersedia menerima mereka.
Misalnya Bangladesh,  yang telah menolak perahu-perahu Rohingya yang tiba di perairannya sejak kerusuhan itu.
Meskipun aparat keamanan berhasil meredam kerusuhan, puluhan-ribu orang masih berada di kamp-kamp penampungan pemerintah. Program Pangan PBB melaporkan mereka telah menyediakan makanan untuk sekitar 100 ribu orang.
Etnis Rohingya dan Rakhine kerap saling menuduh soal siapa yang pertama kali melakukan serangan. Bentrokan menyusul insiden pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita pemeluk Budha setempat yang diduga dilakukan salah satu warga Rohingya.
Serangan pembalasan pun dilakukan oleh massa Rakhine, 10 orang Muslim tewas pada tanggal awal Juni lalu. Hingga saat ini keadaan darurat masih berlaku di beberapa daerah.



Sumber : ALQOIMKALTIM.COM.





Dua Kali Enam Puluh Menit

"Bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan orang sepertimu?"

Dari jumlah sore yang ku lalui tak jarang aku nikmati dengan duduk bersandar melamun, berpikir tentang banyak hal, sahabat sejatiku tak pernah absen menemani aktifitas-aktifitas konyolku itu, dialah L.A yg kadang berubah wujud jadi RELAX (tergantung suasan kantong aja). Tadi sore suasana melankolis itupun kembali kuperankan dengan sekenario dialog satu arah, ku genggam erat dan kutatap dalam setiap tampilan di wall fesbukku melalui SAMSUNG GT-S5830i Versi Android236 (ku beli 4 bulan yang lalu dengan uang 80% tingkat kehalalannya, hehe....). ku bongkar balik ku acak-acak profilnya dan  ku amati aktifitasnya. Kupandangi lagi foto-foto itu, kuingat lagi kenangan itu, kuingat lagi sosokmu, yang sempat mengisi ruang hampa jiwaku, Andaikan peristiwa tersebut masuk dalam salah satu adegan film india, mungkin akan di hiasi lagu Kuch Kuch Hotahe ( Lok ga’ salah judulnya gitu) yang akan membuatku merinding.

Awalnya, matamu dan senyummu ku anggap biasa-biasa saja. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku ketika itu. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan dua kali enam puluh menit malam itu, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan menyeringai santai dibalik bisingnya suasana itu. Kita saling bercanda, tertawa oleh gelagat humorisku, tanpa tahu bahwa rasa itu menelusup tanpa ragu dan mulai mengisi bilik kiri hatiku yang nyaris tak diisi oleh seseorang yang spesial.
Aku sangat ingin menjadi bagian dalam setiap denyut jantungnya, aku ingin ikut berhembus saat helaan nafasnya. Asaku sering kali melambung tinggi tanpa sadar aku siapa. Tapi berdosakah bila aku mencintai dan menyayanginya, apakah mungkin harapku menjelma dalam nyata, Ach......terlalu berhayal kali.

Diam-diam aku senang menulis tentangmu, menghela napas panjang  tanpa sebab sambil terus meraba keyboard Laptopku. Tanpa kesengajaan, kau hadir dalam mimpiku, tersenyum menatapku dalam, kau sapa aku dengan ramah, sesuatu yang belum tentu kutemukan dalam dunia nyata saat aku terbangun nanti. Setiap jeda waktu kau selalu menyelinap hadir membantai dan menghancurkan upayaku untuk melupakanmu segera. Karna bagaimana mungkin aku bisa mendapatkan orang seperti mu.

·         Dariku yang jauh dari harapanmu.



Jumat, 27 Juli 2012

Untukmu yang bisu membeku.



Jika catatan ini menyentuh dirimu abaikan saja, anggap saja ini hanyalah igauanku karna tak pernah mandi sebelum tidur, tak berdo’a sebelum terlelap. Hai...perempuan yang ku anggap peri malam yang baik hati....!. Aku memang bukanlah laki-laki perkasa seperti yang kuharapkan atau mungkin juga yang diharapkan sebagian orang yang peduli denganku, aku kesal bahkan jengkel dengan diriku yang tak setangguh batu karang yang diterpa badai. Namun setidaknya aku adalah laki-laki yang jujur terhadap kelemahn ku, aku betul-betul lemah, lembek dan tak berdaya bahkan bodoh atau katakan saja aku tolol...!. Kusadari betul bahwa aku tak punya cara membentengi diri, tak punya ide membuat prisai sebagai penjaga atas ketergesaan ku mengagumimu, pesonamu telah menyilaukan mataku. Mungkin kau benci dengan sikapku ini karena aku juga demikian. Ketahuilah, semenjak kau abaikan sapaku, kau bisu dan membeku, aku menjadi galau dan kalut.
Ku undang sang motivator kebanggaanku untuk bertandang ke beranda fezbukku sebagai sosok malaikat penentram jiwaku dengan harapan dapat memberi kekuatan baru dan semangat kelakianku, namun tetap saja Mario Teguh sampai mewek tak mampu menjadikanku laki-laki yang berani dan tabah. Tapi semua ini terjadi bukan tanpa alasan sesungguhnya, semenjak peristiwa bersejarah itu seringkali sapaku mengudara bertandang keponselmu tapi tak satupun kau gubris, padahal itu adalah kata hatiku, itu adalah ungkapan jiwaku maksudku bukan basa basi juga bukan sekedar tegur sapa pengisi waktu kosong disaat kesepian. Tapi  kau diam...diam...diam dan diam. Ketahuilah bahwa diammu adalah manora yang menggunjam dadaku. Aku ingin diam sepertimu tapi aku tak cukup energi membendung mimpi-mimpiku. Bulan penuh fadillah dan barokah ini pun yang kuharap tak sanggup mencairkan kebisuan dan kebekuanmu, kau tetap bungkam bagaikan arca sang budha. “Sabar adalah solusi bagi orang yang belum menemukan jalan keluar”, dan aku berusaha untuk sabar, tapi inipun berlangsung singkat.
Apakah kau akan baca atau tidak keluh kesah ku ini, ...itu tidak penting, setidaknya telah kumuntahkan segala kerisauanku, bagiku catatan ini menjadi martil yang akan membuatku sadar hingga cukup tau diri. Lantunan syair Marcell dengan “Peri Cintanya” sudah tak dapat menyatu dengan jiwku, begitu juga halnya lengkingan tiupan  saxophon Kenny-G tak mampu menyejukan hatiku.
Kini,.... aku hanya menunggu sang waktu untuk menyelesaikan kisah perihku.
Do’a ku semoga kau baik-baik saja dalam diammu.



Utukmu yang tak pernah lagi mengingatku.
Oleh : Adhi.
Suryawangi 7 Ramadhan 1433 H/27 Juli 2012 M.


Selasa, 24 Juli 2012


NTB dan Politik “Berhenti Sebelum Kenyang”

 
Hampir tidak ada dari pemimpin kita yang mau disebut berhasil. Sehebat apapun masyarakat mengapresiasi pembangunan yang telah dijalankan, sang pemimpin tetap saja menganggap itu belum seberapa. Entah benar-benar merendahkan diri atau sebaliknya, mereka kok tidak sudi diberikan nilai 10 sekalian. Mereka lebih senang jika diberi angka 6 atau 7 saja. Lantas kenapa momennya selalu menjelang pemilu berikutnya?

Sejarah republik ini menegaskan banyak kisah tentang pemimpin yang selalu merasa “belum seberapa” menjelang perhelatan politik kembali digelar. Kisah presiden Suharto yang bisa berkuasa selama 32 tahun, justru dimulai dengan sikap rendah dirinya disetiap masa pergantian kepemimpinan secara legal. Rumus Suharto sangat sederhana dan telah dibuktikan efektif oleh para kepala daerah yang ogah berhenti sebelum kenyang.

Dalam lima tahun periode pemerintahan, tahun pertama hingga ketiga adalah tahun “keangkuhan”. Inilah masa dimana seorang kepala daerah ingin menunjukkan kepada lawan-lawan politiknya, bahwa daerah bisa maju berkat keterampilannya. Beragam medium dipergunakan. Beragam cara dipakai habis untuk memamer kehebatan itu. Kepala daerah A misalnya, lebih sreg mengundang massa besar bertajuk “progress report”. Massa disodorkan fakta-fakta keberhasilan berjam-jam tanpa boleh disanggah atau diselidiki kebenarannya selang beberapa menit saja. Massa disuapi laporan kemajuan menggunakan sendok agitasi, lewat suara yang diserak-serakkan, lewat sound system yang diatur menggelegar.  Massa diberitakan tentang kemajuan yang bisa saja tidak pernah mampir diantara gerak sosial mereka.

Kepala daerah B lebih hobi pamer keberhasilan di hadapan tokoh agama. Lha apa kaitannya? Tapi demikianlah faktanya. Para kyai itu bukan anggota dewan yang bisa melakukan fungsi pengawasan kinerja eksekutif, tapi sang kepala daerah terlihat begitu semangat menjelaskan angka demi angka yang menegaskan keberhasilannya. Kepala daerah itu lupa mengundang si ma’un, salah seorang jamaah tuan guru yang hidupnya seperti itu-itu saja. Kepala daerah itu juga lupa bahwa sebagian tuan guru yang diundang justru tidak mempunyai jamaah.

Tahun keempat dan kelima adalah tahun rendah diri. Cara-cara “sombong” mereka selama tahun pertama hingga tahun ketiga tiba-tiba lenyap, berganti dengan kerendahan hati sang pemimpin soal penilaian kerjanya. Cara mendekati masyarakat tidak lagi dengan seabrek hasil pembangunan, melainkan segudang kekurangan. Begitu kencangnya tim politik seorang Tuan Guru Bajang (TGB) mengkampanyekan keberhasilan Islamic Center (IT), mempercepat pembangunan BIL dan segala aksesnya, pada tahun keempat akan berubah menjadi kalimat “kekurangan”. Begitu getolnya Zaini Arony atau Sukiman Azmi menyampaikan kecemerlangan daerah masing-masing, maka tahun keempat akan berubah menjadi pengakuan kekurangan.

“ Kami sudah maksimal meski hasilnya baru seperti ini, jad beri kami kesempatan sekali lagi,” kata mereka. “Beri kami waktu menyempurnakannya sekali lagi,” kata yang lain.

Lanjutkan Apa Ubah Mana

Mau tau kata apa yang paling ngetrend selama pelaksanaan hajatan politik? Jawabannya ada dua; Lanjutkan dan Ubah. Sulit melacak akar sejarah bahasa soal kenapa dua kata ini tiba-tiba menempel erat dengan adegan politis. Tapi itu tidak penting untuk dirunut.

Pemilukada NTB akan digelar beberapa tahun lagi. Dua kata tersebut, dan selanjutnya menjadi sebuah jargon kampanye, seakan sulit disatukan. Oleh yang memakainya, kata “lanjutkan” dan “ubah” biasanya dalam posisi yang berhadapan, saling tolak dan tidak bisa dipertemukan.

Mereka yang tengah menikmati enaknya jadi penguasa tentu cenderung memilih kata pertama. Seolah ingin menegaskan, konsekwensi apapun yang terwujud saat mereka di posisi teratas, tidak boleh tidak dilanjutkan. Jika masyarakat salah memilih tentu berakibat fatal. Tujuan pembangunan pun bisa ambrol. Secara sifat kata ini ramah lantaran dibawa oleh para calon yang gencar menjanjikan stabilitas pembangunan yang diklaim sudah bisa diciptakan. Sekedar contoh, jualan ini akan menjadi milik TGB jika berniat maju lagu, Zaini Arony, SUkiman Azmi, Suhaili, atau Johan Syamsu, jika ingin maju lagi.

Kata kedua, “Ubah” cenderung berkonotasi radikal, kiri, oposan, dan semangat menggantikan sesuatu. Kata ini lekat dengan mereka yang belum mencicipi sedapnya berkuasa. Lewat kata ini, para calon hanya ingin berpesan bahwa pemerintahan sekarang nggak becus, tidak pro rakyat, korup, mandeg dan lain sebagainya. Singkat kata apapun akan diubah, mau program yang sudah pas, lebih-lebih yang kurang.

Apa korelasi dua kata diatas dengan realitas dan gerak hidup para pemilih? Sayang saya tidak bisa mewancarai satu persatu calon kandidat untuk bertanya lebih dalam.

Pertama, benarkah rakyat demikian sentosanya sehingga mendukung paket yang mengusung kata “lanjutkan”? Benarkah kebutuhan asasi yang sesuai amanat undang-undang harus dijamin pemerintah sudah terpenuhi tak kurang satu apapun? Mereka yang beraliran ‘lanjutkan” biasanya mengukur keberhasilan dengan cara kasar yakni pembangunan fisik. Ada calon yang memilih memamerkan kondisi terakhir pembangunan bandara ketimbang keamanan masyarakatnya. Terus ada juga yang menjajakan program penyulapan lahan hijau menjadi gedung-gedung. Lebih parah lagi, ada yang tidak bisa apa-apa tapi memang doyan bilang “lanjutkan”. Berani taruhan kalau ada calon yang dengan lantang teriak “lanjutkan” karena berhasil menekan angka kemiskinan dalam digit sekian dan sekian.

Kedua, adakah jaminan bahwa mereka yang baru datang bisa menjanjikan hal-hal baik? Alat ukur apa yang dipakai masyarakat agar benar-benar yakin bahwa kelompok “ubah” akan sesuai dengan bahan-bahan kampanyenya? Jika para calon ada yang sebelumnya menjadi tekong TKI, tuan guru, dan lain-lain, bisakah mengayomi masyarakat yang demikian kompleks?

Berhenti Sebelum Kenyang

Warna politik NTB sudah saatnya dipenuhi oleh politisi yang mengamalkan tradisi “berhenti makan sebelum kenyang,”. Kekuasaan memang sejatinya seperti makanan yang terdiri dari berbagai macam jenis. Ada yang mengandung vitamin dan protein tinggi, ada juga yang mengandung lemak dan zat berbahaya. Timing  kekuasaan yang diatur dengan cermat, tidak hanya akan menyehatkan pemimpin, tetapi juga menularkan model kepemimpinan sesungguhnya kepada yang dipimpin. Pemimpin yang tidak mau berhenti sebelum kenyang adalah pemimpin rakus. Pemimpin ini berpotensi mengidap banyak penyakit dan dapat menular ke rakyatnya. Wallahu a’lamu bissawab

Gerung/09/01/2012

Kamis, 19 Juli 2012


   Menanti sidang isbats.



Ilustrasi
Lambatnya keputusan Menuai Kegelisahan

Sekita jam 5 sore tepatnya hari kamis tanggal 19 juli 2012 ku duduk di teras rumahku, tidak biasanya setelah mandi dengan menggunakan celana pendek aku menduduki teras depan itu. Aku bersandar di tiang teras dengan pikiran menerawang jauh, yang ku pikirkan pada saat itu adalah tentang kehidupan, kehidupanku yang masih seorang diri, sepi, sederhana  dan hidup di desa paling pinggir.  Sedang asyiknya aku dengan pikiran yang melambung kemana-mana aku dikejutkan oleh suara memanggil-manggil namaku,”adhi...adhi...adhi”. setelah kucari-cari ternyata sumber suara itu berasal dari luar pinggir jalan, karena rumahku memang dipinggir jalan. Lalu aku berdiri dan melihat seorang perempuan paruh baya telah berdiri di depan gerbang, seketika aku bertanya kepada perempuan tua itu, “ arak ape inak kake...?= (ada apa bu’ de ?)”, inak sahrim janda tua yang merupakan tetanggaku itu lalu menjawab langsung dengan pertanyaan pula “ piran jak te payu puase ?=(kapan si kita mulai berpuasa ?) “ dengan becanda aku menjawabnya “ tanggal sekek ramadhan inak kake= (tanggal 1 Ramadhan bu’ de )”. Mendengar jawaban itu Kelihatan sekali raut wajah yang sudah keriput itu memendam kekesalan atas jawaban ku itu. Lalu “lamun nu jak taok ku wah, mek ulak be ke mbadak aku=(kalau itu aku sudah tau, tdk perlu kamu kasi tahu aku)” jawabnya kesal.
Akan tetapi krna keinginan tahuan, kejelasan dan kepastian yang pasti, janda abadi itupun tak berputus asa bertanya lagi kepada ku “ maksudku piran tanggal sekek ramadhan..?=(maksudku kapan tanggal 1 ramadhan itu ?)” tanyanya kembali dengan nada sedikit keras. Namun lagi-lagi aku membuatnya kesal dan makin menjengkelkanya “ tanggal sekek ramadhan ino wahn sk tanggal telongdase bulan rowah  (tanggal 1itu setelah tanggal 30 sya’ban)”. Inak sahrim yang sudah berkali-kali  mnjadi warga belajar dan tamat KF itu, rupanya naik pitam, sambil mengumpat dan melemparku dengan sendal bekas yang kebetulan ada di pinggir pintu gerbang rumahku. “ e.......susah jamak tebeketoan, lekan ke lemak jamak ku bingung si puase ini=(aach...susah sekali kita nanya, dari pagi pagi hari aku telah dibingungkan oleh puasa ini)” gumam inak sahrim sambil berlalu dari hadapan ku.
Tiba-tiba.... walaupun tidak ada niat sedikitpun menyakiti orang tua itu, namun aku merasa sangat berdosa atas sikapku tadi. “mesaq aken kaye dengan toaq no=(kasiah sekali orang tua itu)” membatin dalam hatiku. Aku keluar gerbang dan menoleh kirikanan untuk mengetahui kemana inak sahrim akan bertanya, namun rupanya janda tua itu sudah lenyap ditikungan jalan, ku berlari-lari kecil mengejarnya, tak lama kemudian aku melihat  Inak Sahrim tengah menanyakan hal yang sama pada seorang pegawai negeri sipil yang tak jauh rumahnya dari rumahku. Jelas sekali terdengar olehku dan oleh ibu-ibu yang lain jawaban si Muhdar PNS itu kepada inak sahrim “ inaq kake,......jeri ndek ku bani mastiang piran atawe jelo ape te puase, ulak ite nunggu keputusan pemerintah juluk si te paran aran sidang isbats, nah hasil sidang isbat ino nentuang ite piran atawe jelo ape te mulai pade puase=(bu’ de,....saya tdk berani memastikan atau menetukan hari apa kita mulai berpuasa, kita perlu menunggu keputusan pemerintah yang disebut sidang isbat, nah,.. hasil sidang isbat inilah yang akan memastikan,menentukan kapan kita mulai berpuasa)” jelas Muhdar si PNS. Mendengar penjelasan itu Inak sahrim dan puluhan ibu-ibu beserta beberapa anak muda-mudi yang ternyata kebingungan juga dan ingin kepastian tentang puasa, menggerutu/bergumam/ngGerEmon bak suara kawanan lebah. Dan salah satu dari mereka pun kembali mepertegas “ piran sidang seknok ino=(kapan sidang itu)”, Muhdar si PNS pun menjawab “ baeh doang jerak Magrib gene ne te bau manto ya lek tivi, angkak pade manto tivi baeh=(nanti saja biasanya setelah magrib mungkin bisa kita tonton di Televisi, makanya nonton Televisi nanti)” pintanya. Akhirnya situasi menjadi sedikit agak gaduh oleh berbagai komentar sebelum mereka bubar dan kembali ke rumah masing-masing,  komentar-komentar yng sempat tertangkap jelas oleh gendrang telingku adalah “ setate te bingung, pineng tiep puase tiep lebaran, ndek te uah bae seneng nyambut lebaran kance puase, ite bingung doang tiep taun= (selalu kita bingung, pusing tiap puasa tiap lebaran, ndak pernah sekali kita senang sambut lebaran dan puasa, kita bingung aja tiap tahun), dan banyak lagi komentar lagi yang tak jelas aku dengar.
Setelah sholat magrib usai, kembali pikiran ku tertuju pada inak sahrim dkk. Terlintas pertanyaan di benakku “ sedang apa inak sahrim dan  yang lainnya sekarang ?, terbayang pula akan mata mereka yang tak akan berkedip di depan televisi mereka masing-masing.  dengan peci hitam legam yang masih bercokol dikepala akupun keluar rumah ingin mengintip untuk  tau seperti apa mereka Menanti Sidang Isbat. Sasaran pertama adalah inak sahrim, kupercepat langkah ke rumah inak sahrim namun ternyata di rumahnya itu sudah tidak ada, dalam pikiran ku “oow cocok inak sahrim tdk ada dirumahnya karna dia tdk punya TV, dia pasti kerumah anaknya, ternyata setelah aku sampe kerumah anaknya memang benar sekali inak sahrim sudah ada di sana, perempuan lansia itu nammpak mondar mandir di ruang tamu, keluar masuk, sesekali duduk dan berdiri, gelisah menunggu keputusan sidang yang sedang berlangsung di Tvone. Melihat gelagat inak sahrim aku bisa menebak bagaiman perasaanya menunggu hasil sidang dibacakan, aku lalu pindah lokasi ke rumah ibu-ibu yang lain, hasil pengamatanku : ada yang membentak-bentak suaminya yang lambat mindah chanel TV, ada yang nyuruh anaknya ke rumah Muhdar si PNS untuk menanyakan Stasiun mana yang menyiarkan sidang isbats, ada yang menggendong anaknya dengan gelagat yang sama dengan inak sahrim, ada yang duduk khusuk tak berkedip menatap layar televisinya ada pula yang sambil makan nonton tivi yang sekali menyuap nasinya kemudian melototin tivi mengkrutkan kening atas perbedaan pendapat yang dia dengar dan banyak lagi yang tak mampu ku ceritakan. Intinya belum adanya keputusan tentang hari tanggal mulai berpuasa membuat mereka tidak tenang, gelisah, kusar, uring-uringan dsb.
Setiap tahun, perbedaan cara penentuan awal Ramadan selalu menjadi perdebatan/pergulatan di kalangan umat Islam di Indonesia. Dua metode yang digunakan, hisab dan rukyatul hilal memiliki 'pendukungnya' masing-masing. Berdasarkan artinya, hisab adalah perhitungan. Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat. Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. Kedua metode ini menjadi penting saat menentukan awal Ramadan sebagai patokan awal berpuasa, awal Syawal (Idul Fitri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah).

Di Indonesia, selama ini penentuan awal Ramadan beberapa kali mengalami perbedaan. Seperti yang terjadi pada tahun ini. Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab sejak jauh-jauh hari telah menetapkan 1 Ramadan jatuh pada Jumat 20 Juli 2012. Sementara pemerintah baru akan memutuskan dalam sidang isbat yang digelar petang kemaren. Kementerian Agama selama ini menggunakan metode rukyatul hilal dengan memantau keberadaan hilal di beberapa lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hal  inilah yang membuat sebagian masyarakat ‘awam’ yang berpatokan/bertumpu pada keputusan pemerintah sbg Ulil Amri menjadi resah, bingung bahkan gelisah, lebih-lebih ketika tidak menemukan titik persamaan seperti yang sering terjadi antara keputusan Pemerintah dan Keputusan Muhammadiyah yang lagi-lagi membuat masyarakat pusing tujuh keliling. Bagi masyarakat yang berpendidikan atau punya pengetahuan dan prinsip atas hal ini mungkin tidak menjadi persoalan yang perlu terlalu dipikirkan, tapi bagaimana dengan masyarkat yang notabene hanya lulusan sekolah rakyat, sekolah dasar bahkan banyak yang tidak pernah sama sekali mengenyam pendidikan,.....?
Pertanyaan terakhir
Sannggupkah kita melihat masyarakat yang kurang berkemampuan itu terus seperti ini ?
Tidak adakah upaya pemerintah untuk menyelesaikan sengketa ini, padahal peristiwa seperti ini memang sudah dari dulu ?
Tidak adakah titik temu diantara perbedaan mereka (pemerintah dan ormas) ?
Tidak sanggupkah pemerintah membeli alat/teknologi yang lebih canggih untuk melihat hilal ?
..............................................dst........................dst............................dst...............................................

Masyarakat menderita batin,.......................................




Rabu, 18 Juli 2012


Peresmian Pasar Rakyat Suryawangi.



Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak
secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum
optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber
penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan juga mulai luntur.
Untuk itu diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh dalam upaya
penanggulangan kemiskinan.
Untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan
kerja, pemerintah meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri mulai tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya
penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pem-
bangunan partisipatif, kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat
miskin, dapat ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan
subyek upaya penanggulangan kemiskinan.

Suryawangi –  Tepatnya pada hari rabu 17 juli 2012, di hadiri oleh Camat Labuhan Haji, Pemerintah Kelurhan, Lembaga – Lembaga kemasyarakatan yang ada Suryawangi, para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda beserta segenap lapisan masyarakat Kelurahan Suryawangi, Pasar Rakyat Kelurahan Suryawangi secara resmi dibuka, peresmian ini langsung di pimpin oleh camat labuhan haji L. Zulkarnain. Menurut Zulkarnain dalam sambutannya bahwa pembangunan pasar rakyat ini merupakan pembangunan yang sangat tepat dan strategis. “mengingat wilyah labuhan haji yang terus berbenah menjadi wilayah atau kawasan wisata akan sangat memungkinkan keberadaan pasar rakyat ini kedepan menjadi ramai dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Suryawangi karna Suryawangi merupakan bagian dari wilyah Labuhan Haji” paparnya.
Hal senada juga di ungkapkan oleh Lurah Suryawangi Abdul Aziz,  bahwa pasar rakyat ini dihajatkan sebagai lokomotif pembangunan ekonomi masyarakat Kelurahan Suryawangi “ pembangunan pasar rakyat ini memang inisiatif pemerintah kelurahan beserta masyarakat suryawangi yang dihajatkan untuk mendongkrak prekonomian masyarakat”, ungkapnya.
Pasar rakyat suryawangi yang terletak di wilayah lingkungan Timba Lindur merupakan upaya serius pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan melalui  interpensi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Kelahiran pasar rakyat ini didasarkan atas kebutuhan masyarakat akan tempat atau wadah para pedagang kaki lima maupun pedagang bakulan yang ada di wilayah suryawangi. Pasar yang dibangun melalui program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) ini merupakan skala prioritas yang di usulkan oleh masyarakat yang sumber pendanaannya berasal dari dana Schering BLM PNPM melalui program PAKEM, APBD Lotim dan swadaya masyarakat,  ini terencana sejak lama dan dapat direalisasikan pada tahun anggaran 2010-2011. Dengan upaya serius trsebut para panitia Pakem selaku Panitia pembangunan, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Pemerintah Kelurahan beserta masyarakat, akhirnya pasar ini dapt terselesaikan dengan baik, dan yang menjadi kebanggaan dalam proses pembangunan ini adalah tingkat partisifasi masyarakat yang cukup tinggi, ini dibuktikan dengan total swadaya masyarakat melebihi dari jumlah yang tertuang dalam Budget (RAB) anggaran pembangunan.
Dalam sambutannya Abdul Azis mengatakan bahwa pasar rakyat ini menjadi harapan besar bagi Pemerintah Kelurahan dan masyarakat agar pasar ini mampu mendongkrak prekonomian masyarakat suryawangi. “kita berharapp keberadaan pasar ini mampu meningkatkan ekonomi keluarga masyarakat suryawangi agar tingkat kesejahteraan mereka dapat lebih baik” harapnya. Dhi.


Selasa, 17 Juli 2012


Siapa dihati Gadis Berjilbab itu.....?

Oleh : Adhi

 

 

Sedikit remang pencahayaan taman kota selong
Membuatku berleluasa bicara serampangan tanpa kaku
Hilir mudik para pengunjung malam berkah itu, membuat suasana terasa semarak
Sibuk dengan pikiran sendiri2 di aktivitas rekreasi malam di malam Hultah ke -77 NW Pancor, sungguh terasa bermakna.

Aku, sahabatku, dan dua orang calon sahabat yang kunilai sebagai bidadari malam yang baik hati,
Kami duduk ber empat habiskan sepenggal malam.
Dengan ikhlas mereka  menemani walau itu hanya pertemuan pertama yang menyesakan.
Kedua bidadari malam yang baik hati itu sangat istimewa di mataku.
Menyungging senyum manis yang tiada henti menghiasi wajah yang merona.
Tenggelam dalam suasana malam penuh keakraban yang ku nilai tak terhitung harganya.

Sesekali gadis berjilbab itu membagi sebuah cerita
Dalam jeda yang tak lama, aku mencuri pandang dan menatapnya dalam-dalam.
Gadis yang ku sapa “Na” itu sungguh mengangumkan aku, akupun tak tahu entah kenapa.
Cantik, humoris dan bersahaja.

Bak gayung bersambut dendangan obrolan kami pun makin larut dalam suasana malam yang indah.
Ku coba simak setiap lirik ucapannya
dan ku amati setiap bahasa gerak tubuhnya.
Dalam diam ku,  menyelinap pertanyaan kecil yang menggoda pikiranku,
Siapa dihati Gadis Berjilbab itu.....?

Aku ingin mengenalnya lebih dekat dan semakin dekat
tetapi
sepertinya, aku bukan sebagaian lelaki yang berani
kurasa aku hanya bisa mengaguminya
mendengar ceritanya, suaranya, senyumnya
itu sudah cukup
.




Orangtua ini merupakan Jama'ah setia NW, dengan penuh khidmat mengikuti serangkaian acara Kegiatan HULTAH NWDI KE 77 dan Haul KE 15 Almagfurulahu Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dilaksanakan di medan HULTAH Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan (YPH PPD NW ) Pancor., dia rela betetili di pagar seng gudang pembangunan gedung Sekretariat STKIP Hamzanwadi Selong. Syukurnya pada saat itu cuaca sedikit mendung hingga jam 11.00 siang. padatnya para Jama'ah yang memadati tempat di bawah tetaring membuat orang tua ini memilih betetili di temppat yang dianggap sedikit agak nyaman ini.
Hehehe.............. suara pengajian atau pidato juga lebih jelas dari sini.



Kegiatan HULTAH NWDI KE 77 dan Haul KE 15 Almagfurulahu Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang dilaksanakan di medah HULTAH Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Darunnahdlatain Nahdlatul Wathan (YPH PPD NW ) Pancor telah di selenggarakan yang puncak acaranya pada hari minggu 15 juli 2012 kemaren. Nahdlatul Wathan (NW) merupakan organisasi terbesar di Nusa Tenggara Barat, organisasi yang satu ini kini sangat mendapat sorotan di berbagai kalangan khususnya para pemerhati Pendidikan, Politik dan Sosial. Setelah Nahdlatul Wathan berhasil mengusung kadernya yakni DR. KH. M.Zainul Majdi, MA yang juga merupakan PBNW duduk di kursi kepemimpinan birokrasi menjadi orang nomer satu di NTB ini dan adanya ‘Dikotomi’ di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi yang didirikan oleh Almagfurulahu Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selalu menjadi topik menghangat disetiap diskusi, obrolan warung kopi hingga ke berbagai group diskusi di jejaring sosial lainnya lebih-lebih di tahun 2013 mendatang ini akan terselenggaranya kembali pesta demokrasi yang akan menentukan sosok yang akan memimpin daerah ini dan merupakan bagian penentu nasib daerah NTB kedepannya. Lalu bagaimanakah NW dan Politik dari kacamata akar rumput.....?
Tidak ada moment hultah pun yang terlewati, selagi ada kesempatan untuk menghadirinya, moment hultah adalah kesempatan emas untuk bisa mendengar pengajian sekaligus moment mengenang kembali sosok dan perjuangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai sosok tauladan dan panutan.
..........bagi Amaq ini, NW adalah satu, perkara ada NW Anjani atau Pancor itu hanyalah istilah atau hanya pembagian tugas  saja. “Mau ada NW Masbagik, Labuhan Haji dll, silahkan saja, terserah,  yang saya tahu NW adalah miliknya Maulana syeikh. Dan saya akan selalu hadir selagi dalam kondisi sehat dan ada uang buat ongkos pergi ke tempat hultah untuk mendengar pengajian dan mengenang sosok panutan kami Almagfurllah Maulana Syeikh, Anjani hultah saya ke Anjani, Pancor hultah saya kepancor" ungkapnya. Dalam pandangan kedua orang ini bahwa NW haruslah tetap NW sebagai organisasi keagamaan bukan menjadi sebuah organisasi politik yg cenderung mengarahkan para jama'ah berpikir tentang dunia politik  atau tentang dunia kekuasaan, organisasi NW adalah organisasi yang harus membicarakan tentang manusia dan keTuhanan (Agama) saja. "biarlah organisasi yang lain saja berbicara soal politik, misalnya Partai atau sejenisnya = ite jaq sebenarn ndeq te mele dengah2 masalah politik lek pengajian saq mni2 alur bagian kelompok lain saq raosang masalah politik marak misal Parte ato sejenis no wah)". pungkasnya. 
Lebih jauh kedua orang tua yang berasal dari Tuntang desa Lepak dan Gereneng kecamatan Sakra Timur ini memaparkan pandangannya tentang dua kubu yang tengah terjadi di tubuh NW (Anjani dan Pancor). Terjadinya dualis kepemimpinan organisasi NW diduga disebabkan oleh pihak ketiga atau pihak luar yang punya kepentingan tertentu atau memanfaatkan perpecahan ini demi ambisi kekuasaan dan atau kelompok. “ ada sedikit keyakinan pada diri kami mengenai perpecahan NW ini jadi dua, dugaan kami ada orang lain atau orang luar yang menfaatkan perpecahan ini, misalanya orang-orang yang mau berkuasa atau orang yang ingin jadi pengurus atau sejenisnya, saya bilang begitu karna saya saja yang hanya sekolah sampai kelas tiga SD dan boleh dikatan tidak punya pengetahuan agama saja  bagaqimanpun sengitnya pertengkaran atau perselisihan paling dua tiga hari atau dua tiga minggu  sudah mulai baikan, kepikiran saja tentang saudara kita yang tak pernah ketemu atau saling teguran artinya kita cepat menyadari diri sendiri bahwa kita adalah saudara yang tak pantas saling bermusuhan selama-lamanya, apalagi ini adalah anak atau putri Tuan Guru yang tingkat pendidikannya tinggi juga pengetahuan agamanya mendalam, masak tidak bisa akur, masak tidak ada yang mau mengalah, tapi9mseerti apa yang saya bilang tadi mungkin ada pihak tertentu  yang senga mebiarkan dan atau menciptakan NW seperti ini = araq skdiq keyakinan leq ite mengenai pecahn NW ni jari due, badeq te ite jak araq dengan lain saq manfaatang perpecahan ni marak misal dengan saq mele bekuase sak mele jari pengurus, pokon maraq misal no wah, ampok te kene menu, ite doang, tiang saq sekolah sampe kelas telu esde trus pengetahuan agamen te bau tekene ndek araq, lamun te besiaq bgejuh se brerembe rembe kegedek te leq semeton paling due telu jelo atwe due telu minggu wah tk bagus malik, siq piaq angen semeton te lamun ndk te wah bedait atawe saling kewak, artin becat te sadarin dik te bahwe ite ne besemeton, ape lagi ne bijen Tuan Guru saq sekolahn atas ilmu agamen dalam segerah ndekn akur2, segerahn ndek arak mele saling kalahang dikn, laguq maraq unin tang saq baru araq dengan luah jage sak sengaje mele gitak NW ni marak mentie” ungkapnya.
Menyinggung soal kepemimpinan terkait dengan Pemilukada 2013 mendatang baik di tingkat Kabupaten maupun Provinsi, kedua loyalis NW ini mengatakan bahwa hal itu adalah urusan pribadi artinya bahwa mereka sudah tidak mau lagi di arah-arahkan atau tidak mau dan tidak akan terpengaruh dengan buaian janji-janji yang hanya sekedar janji. Urusan memilih adalah urusan hati nurani pada saat memilih nanti di bilik pencoblosan. “e,....pendaq teuah te janjiq2 doang, lamun uah jari tokon lek kursi atas jaq ngkah ne enget ite, ngkah te gitak loang irung, te bedait doang lek langan lamun sak kewaq te, dendekn kewakte senyum bae wah syukur te, marak ntan sak ndek ite doang piaq jari mno, nani jaq mbe jaq angen te bae memilek, masi juak jak raosn ndoang pade” tegasnya.




Selamat HULTAH NWDI KE 77 semoga tetap sukses dalam membangun kualitas bangsa...!!

Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts