Jumat, 28 September 2012

Muliadhi Adhi + Jumaidin Mustafa Kabi

PENDIDIKAN TINGGI DAN EKSISTENSI
MAHASISWA INTELEKTUAL KRITIS
DALAM BUDAYA KAPITALIS
Oleh :
Jumaidin Mustafa Kabi
( Mahasiswa STKIP Hamzanwadi Selong Prodi Sosiologi )

Modal intelektual adalah materi intelektual, Pengetahuan, Informasi, Hak Milik intelektual, Pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan”.
(Stewart : 1998)

  
Dehumanisasi Pendidikan

Pendidikan tinggi pada hakikatnya merupakan lingkungan hidup yang bernalar untuk memanusiakan manusia sesuai dengan citra manusia kini. Dengan demikian akan membentuk mahasiswa menjadi manusia intelektual yang mampu dan sanggup menjadi manusia  demi manusia lain dalam lingkup profesinya masing-masing.
Senada dengan ungkapan di atas, Drost Agus Suwigyo, (2008: 3-4) menegaskan bahwa memanusiakan manusia sebagai inti pendididikan. Proses pemanusiaan manusia menjadikan kemandirian individu bersangkutan tetapi juga “demi masyarakat karena manusia itu demi manusia lain”. Masih ditemukan nama-nama lain yang gagasan–gagasan pokoknya tentang pendididkan dapat dirujuk. Misalnya Paulo Friere memaklumkan pendidikan sebagai proses penyadaran. Ivan Ilich menganggap pendidikan sebagai suatu proses hidup bersama (sebuah komunitas).
Namun demikian di era kontemporer saat ini fakta menunjukkan bahwa banyak manusia yang tidak lagi menunjukkan kadar kemanusiaan; tidak punya malu, tidak peka, solider, dan tidak rasional. Bahkan banyak orang yang berpendidikan tapi tidak terdidik, dapat mendengar tapi tidak mendengarkan, kaya harta, miskin cinta, ningrat gaya hidupnya tapi bejat perilakunya. Di tengah ketidakmanusiawian manusia, harapan pada dunia pendidikan untuk mempelopori proses pemanusiaanpun pupus sebab dunia pendidikan telah menjadi bagian dari dehumanisasi karena berbagai kepentingan. Maka jika pendidikan memang dunia pendidikan memang dipahami sebagai proses menjadikan manusia manusiawi yang terpenting adalah perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena gagasan pendidikan sebagai humanisasi akan akan ditempatkan dalam kerangka mmenuju revolusi kebudayaan, maka harus dibuang jauh-jauh pemahaman dan pendefinisian pendidikan sebagai sekolah, lembaga kejuruan atau kampus. Pendidikan adalah perkara setiap orang dan setiap pihak meskipun memang ada pembagian porsi tanggung jawab dan peran.
Pemanusiaan dalam kerangka revolusi kebudayaan hemat saya adalah akan sangat strategis dan harus dimulai dari kemampuan pembenahan diri setiap individu manusia yang membentuk kebudayaan itu. Individu agen kebudayaan kita tiada lain adalah saya dan setiap diri kawan-kawan. Saya memilih revolusi dari diri sendri sebagai pintu masuk ke pintu revolusi masyarakat; revolusi mentalitas diri sendiri sebelum revolusi ke mentalitas bangsa. Revolusi diri sendiri merupakan agenda yang realistis dan tidak sekedar omong besar, seperti yang telah kita dengar dan telah kita saksikan.

 Eksistensi Dan Tipologi Mahasiswa.
Mahasiswa merupakan sekelompok elit intelektual  yang berkecimpung di dunia kampus. Kampus bagi mahasiswa merupakan lingkungan untuk menempa berbagai pengalaman aktual, pembentukan pemikiran yang ilmiah, dan wahana pengujudan propensitas (tingkah laku) yang progres dalam menciptakan suatu perubahan. Atau dengan kata lain kampus bagi mahasiswa adalah sarana pembentukan karakter dan aktualisasi jati diri sebagai agen perubahan (agen of change) dan agen control (agen of control), untuk siap menjadi yang terdepan dalam setiap upaya rekonstruksi tatanan kampus, lingkungan masyarakat dan tatanan bangsa yang lebih baik dan lebih maju.
Dinamika mahasiswa dalam sejarahnya membuktikan bahwa mahasiswa telah banyak menciptakan peristiwa sejarah sehingga eksistensi mahasiswa begitu berarti dan bersejarah dalam rekonstruksi pembagunan bangsa, yang tidak mudah terlupakan oleh siapapun yang sempat memikirkan siapa dan bagaimana dan sesungguhnya eksistensi mahasiswa di negeri ini. Peristiwa dan prestasi sejarah itu sebut saja perjuangan melawan penjajah, melenyapkan PKI dan perjuangan meruntuhkan rezim orde baru dan masih banyak peristiwa lain yang begitu indah untuk dikenang sebagai refleksi semangat idealis mahasiswa yang kontemporer.
Peristiwa sejarah itu bukanlah suatu prestasi yang diperoleh semudah membalikkan telapak tangan akan tetapi lahir dari keringat darah mahasiswa khususnya  mahasiswa intelektual kritis yang senantiasa respek terhadap kondisi sosial (social condition) kendatipun hanya demi suatu keadilan demi sebuah kebenaran, dan demi kemashalatan. Tapi, itulah semangat idealisme mahasiswa. Sehingga tidak mengherankan mahasiswa tidak pernah sepi dari perbincangan elemen bangsa, baik elemen partai politik, elemen birokrat, maupun elemen masyarakat biasa. Karena pada elit intelektual inilah masyarakat bangsa menaruh harapan. Lalu bagaimanakah kiprah mahasiswa intelektual kontemporer?, adakah harapan kepada mereka untuk melakukan gerakan pembaharuan demi suatu kemashalatan umat, bangsa dan negara?
Pertanyaan-pertanyaan tidaklah mudah untuk dijawab begitu saja akan tetapi terlebih dahulu penting kiranya untuk memahami tipologi mahasiswa kontemporer. Didalam berbagai literatur sangatlah sulit bahkan jarang ditemukan penjelasan atau uraian secara spesifik tentang tipologi mahasiswa. Kendatipun di lingkungan perguruan tinggi atau kampus yang merupakan pusat aktivitas mahasiswa (central of study activity) lazim terdengar mahasiswa organisatoris, mahasiswa akademis, dan mahasiswa romantis. Namun demikian, sebutan tersebut hal yang klasik terdengar dan terus diwacanakan kebanyakan mahasiswa di lingkungan kampus. Oleh karena itu berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama  4 tahun berkiprah sebagai mahasiswa, eksistensi mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi dapat diklasifikasikan kedalam tiga (3) tipologi mahasiswa diantaranya : Mahasiswa intelektual kritis, mahasiswa intelektual birokratis, dan mahasiswa hedonis.
Mahasiswa intelektual kritis adalah kelompok mahasiswa yang secara kelembagaan tidak menduduki  jabatan struktural di tataran organisasi internal kampus, mulai dari BEM, HMPS hingga pada organisasi–organisasi internal lainnya. Tipologi mahasiswa ini bebas mengkritisi setiap realitas lingkungan kampus maupun realitas diluar kampus yang bertentangan dengan idealismenya. Karena tidak terikat dengan unsur apapun selain menjadi seorang mahasiswa dan secara organisatoris kesejahteraan organisasinya tidak berada di perguruan tinggi, manakala ada persoalan penting yang menyangkut kesejahteraan mahasiswa ataupun dalam rangka rekonstruksi tatanan kampus yang lebih maju, transparan, dan akuntabel.
Mahasiswa intelektual birokratis, tipologi mahasiswa ini adalah sekelompok mahasiswa yang secara struktural kelembagaan ditataran kampus memegang jabatan-jabatan struktural pada setiap organisasi-organisasi internal kampus dan secara birokratis dan implementasinya mahasiswa dalamm tipologi ini memilki kedekatan emosional yang cukup baik dengan pihak perguruan tinggi karena walau bagaimanapun mereka selalu berkoordinasi kepada pihak perguruan tinggi di setiap kegiatan keorganisasiannya dan kesejahteraannya menjadi tanggung jawab pihak perguruan tinggi. Pertanyaan kita adalah, sanggup dan mampukah mereka mengkritisi setiap kebijakan perguruan tinggi yang tidak berpihak kepada mahasiswa? Sementara secara emosional mereka sudah tidak memiliki jarak dengan pihak perguruan tinggi sebagaimana hubungan seorang ayah dan anak. 
Mahasiswa hedonis, mahasiswa tipologi ini adalah mahasiswa yang mengedepankan gaya hidup mewah dan hura-hura, serta yang secara intelektualitas mereka memilki cara berpikir yang rendah atau kurang memilki kemampuan berpikir kritis, inovatif dan kreatif, aktifitasnya hanya berkutat pada 4 K + 3 DP yaitu : Kamar, Kampus, Kantin, Kencan + Datang, Duduk, Diam dan Pulang. Jika diterminologikan 4K+ 3 DP secara medis rumus ini merupakan virus endemi yang jika penularannya merajalela kepada setiap entitas mahasiswa akan membahayakan tubuh bangsa ini. Bangsa ini tergerogoti sistem kekebalannya terhadap imperialisme negara adidaya karena sudah kehilangan generasi kritis sebagai tonggak penerus pelanjut sejarah kepemimpinan bangsa. Sebagai mahasiswa akankah kita seperti ini ataukah kita telah berada dalam kategori mahasiswa yang disebut hedonis?”

Idealisme Mahasiswa Intelektual Kritis dalam Budaya Kapitalis.
Mahasiswa intelektual dalam eksistensinya ditengah hiruk pikuk kehidupan akademis maupun diranah publik idealnya laksana pisau yang mampu merentas segala kebiadaban, kepalsuan, keserakahan, pengingkaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan penghianatan terhadap keadilan. Namun demikian dalam kehidupan akademis maupun kehidupan praktis mahasiswa intelektual kritis dihadapkan pada dua monster idealisme yakni idealisme materialis Carl Marx dan idealisme Max Weber. Idealisme materialis Carl Marx dengan tendensi utama adalah materi untuk mencapai kepuasaan sedangkan idealisme Max Weber mengajarkan kekayaan ide merupakan hal yang ideal dalam mewujudkan perubahan.
Ketika mahasiswa intelektual kritis dirasuki oleh idealisme materalis maka mahasiswa tersebut akan kehilangan tongkat dan terenggut nyalinya dalam perlawanan terhadap segala bentuk kezoliman. Semangat patriotis dan nasionalis akan pupus bergelimang kepalsuan, karena yang tersirat dalam benak mereka adalah kemewahan dan kepuasan materi. Sementara itu sekelompok mahasiswa intelektual kritis yang dasar pemikirannya berkiblat kepada idealisme Max Weber yang meyakinkan bahwa kekayaan ide merupakan hal yang ideal dalam mewujudkan perubahan, mereka tak henti-hentinya melakukan perlawanan atas setiap tindakan yang bertentangan dengan idealisme mereka yang tentunya untuk kemashalatan umat dan bangsa. Namun mencari sosok mahasiswa intelektual kritis yang masih memilki idealisme murni di era sekarang ini bak satwa langka yang harus dijaga dari kepunahan karena kelestarian keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran tergantung intervensi kaum intelektual muda ini.
Tertinggal sebilah pertanyaan, benarkah benih strategi perubahan secara persuasif hanya tumbuh di dada dan benak para mahasiswa intelektual kritis?. Kalau benar, mengapa demikian?. Sejatinya, manusia dan kebudayaan dalam fitrahnya bergerak menuju kemajuan. Untuk maju, mahasiswa intelektual kritis harus mampu berimajinasi, berkhayal dan membangun impian tentang ideal hidup di suatu bentangan kehidupan di masa yang akan datang. Mahasiswa intelektual kritis adalah mahasiswa yang kaya akan imajinasi. Suatu bangsa akan berjalan di tempat bila intelektual mudanya miskin akan imajinasi.
Di negeri ini, ketika kebebasan intelektual diarahkan pada kebebasan menerima satu asas tunggal Pancasila versi penguasa rezim orde baru, lahir banyak seniman, aktivis, dan jurnalis yang kaya akan imajinasi soal keindahan dan keberagaman, keunikan dalam kemajemukan dan kebebasan yang bertanggung jawab. Mereka kaya das sollen (yang seharusnya yang kita inginkan) tentang perubahan menuju dimensi baru dan menawarkan suatu ruang laboratorium demokrasi di negeri ini.
Sayang beribu sayang, das sein (yang nyata, yang terjadi), imajinasi tentang perubahan atau lahirnya negeri yang adil, makmur dan sejahtera setali tiga uang dengan ramalan datangnya zaman Ratu Adil Versi Mpu Tantular dalam buku Sutasoma. Perubahan itu penting, tetapi tak kalah  penting menjaga kepercayaan. Butir kata mutiara yang dilupakan kaum aktivis yang berkiprah lewat berbagai LSM di negeri ini. Ketika reformasi bergulir, ideal dandanan negara demokratis yang bebas korupsi disandarkan masyarakat luas pada bahu LSM benar-benar buyar.
Perjalanan waktu terungkap, strategi perubahan meraih idealisme yang sering diusung kalangan LSM atau organisasi non pemerintah sering kandas di tangan para aktivis itu sendiri. LSM ditengarai kehilangan orientasi perjuangan mereka. Rakyat negeri inipun kehilangan kiblat harapan mereka akan sosok pejuang demokratis ketika kalangan LSM dan aktivis berburu kursi kekuasaan. Akhirnya sayang beribu sayang ”otak-otak mereka yang cerdas kalah dengan godaan uang”.
Di zaman carut marut ini, kemiskinan, penderitaan, kegundahan hati dimaknai secara material. Manusia dalam segala segi kehidupannya dipotret dalam bingkai ukuran. Lantas manusia global saat ini terjebak melihat fakta hidup seperti angka statistik atau laporan survey lembaga tertentu. Sedangkan hal-hal yang tak tampak, irealitas, hipperealitas, sangat batiniah, rohaniah atau absurd diabaikan. Bukan bagian dari hidup manusia yang sesungguhnya.
Akibat langsung, ketika hal material diagungkan menjadi kenyataan maka imajinasi terkubur dan akhirnya manusia tak berani bermimpi lagi tentang perubahan karena memang telah mati daya impiannya. Sisi tragis ini telah dialami anak-anak negeri yang kehilangan imajinasi. Banyak film hiburan tentang dunia setan dan sinetron yang glamor di televisi menjadi indikator terakurat bahwa banyak anak bangsa yang terobsesi membangun kesejahteraan tanpa fondasi idealisme, cita-cita, impian, kerinduan, atau hasrat hati tanpa kerja keras dan kemauan baik bertumbuh dengan sesama. Inilah proses alienasi atas hidup ketika bidang intelektual dan rohaniah terpasung.
Ditengah arus informasi kekinian praktek kapitalis telah menjdi bagian yang terintegral pada kelompok elit berkuasa atas modal. Yang kemudian kekuasaan itu mampu melumpuhkan dan mengikis semangat idealisme elit intelektual yang senantiasa memperjuangkan nasip orang-orang tertindas. Budaya kapitalis dalam eksistensinya bertujuan untuk modal sebanyak-banyaknya. Lalu bagaimana idealisme mahsiswa intelektual kritis yang terperangkap oleh budaya kapitalis, mampukah mereka melumpuhkan gerakan kapitalis itu sementara disisi lain mereka menghrapkan materi?, masihkah mereka idealis sebagaimana layaknya mahasiswa intelektual kritis?

Pesan singkat untuk para aktifis
(SMS untuk para aktifis)
Karya : Jumaidin M.K
Kau para aktifis................
Kau para aktifis.................
Perjuangan mu harapan umat,
Perjuangan mu harapan bangsa
Perjuangan mu harapan orang-oran tertindas
Jkau hadir ditengah keserakahan
Kebiadaban dan kegelapan kemanusiaan
Kau bagaikan pisau yang merentas segala kepalsuan
Kebuadaban dan keserkahn parasit-parasit demokrasi di negeri ini
Idealismemu idealisme murni
Suaramu suara kebenarabn
Gerakan mu gerakan pembebasan
Musuhmu adalah penindasan
Bangkitkan semangat juangmu di bawah bendera kebenaran
Lakukan perubahan yang berperi kemanusiaan
Jangfan biarkan idealisme mu tercoreng oleh ,materialis kapitalis
Kesuksesan mu adalah do’aku untukmu para aktifis.......!!!



Kamis, 27 September 2012

SUKU SASAK TEMPO DULU









Kamis, 20 September 2012


(Mewakili kisah temanku)

Sahabat DuMayku (Dunia Maya)

Untukmu yang mungkin tak pernah berpikir tentangku

Sepertinya aku mulai tertarik padamu,.........
Di setiap postinganmu ada rasa yg menuntut untuk ku baca dengan seksama dan ingin mengomentari walaupun itu jarang kulakukan karena ketidak beranianku.
Terkadang percakapan kecil yang berubah menjadi perhatian sederhana menjadi siksaan yang yg begitu sulit kumaklumi.
Postingan-postingan itu bukan kau alamatkan untuk ku tapi entah siapa,......

Sepertinya aku ingin tau banyak tentangmu..........
Setiap jawabanmu atas pertanyaan facebook  (Apa Yang Anda Pikirkan), kau malah menulis tentang rasa yg mungkin coba merasukimu, tak berkedippun aku menyimak tulisan mu yg terus menggelinding diWall FBku. Foto-foto yang mengekori tulisanmupun mengajakku bertandang kealbummu dan membongkar balik foto yang entah tahun berapa kau upload.

Sepertinya aku bertepuk sebelah tangan,.........
Karena aku sering merindukanmu, bahkan aku tak tahu mengapa aku begitu menggilaimu. Seringkali aku menghujat asa yang bertengger dibenakku dengan berkata “tidakkah kau punya rasa malu”. Pikiranku tak bergeming dengan hujatan diriku sendiriku.
Dengan kebisuan yang kau sampaikan padaku. Aku hanya berbicara lewat tatapan mata, dan menyapa lewat sentuhan-sentuhan kecil jari jemariku yang nakal.

Sepertinya ini adalah intervensi Tuhan........
Aku dan Kau hanyalah sahabat Dumay (dunia maya). Aku menyapamu dan terkadang kau melakukan hal yang sama ketika pikiran dan perasaan tertuang dan berpapasan diantara hilir mudiknya sahabat-sahabat dumay yang lain. Aku tak pernah berharap dan mengimpikan orang yang hanya dapat kutemui di monitor Laptop atau di LCD Androidku, dan kau mungkin tak sedikitpun pernah berpikir tentangku. Tapi mengapa aku selalu berpikir tentangmu,..?.

Sepertinya aku mencintaimu…
Kepada kamu, yang mungkin tak akan mengerti perasaanku.


Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts