Senin, 04 Maret 2013


Pemilukada dianggap tidak penting. Menjadi Pedagang Gule Gending hingga Ke Luar Daerah.

Menengok Sisi Lain Aktifitas Masyarakat Di Tengah Hiruk Pikuk Pilkada.
Oleh : Muliadhi, Lombok Timur


Amaq Sukri (Pedagang Gule Gending)

Pemilihan kepala daerah kabupaten Lombok Timur tinggal menghitung hari, berbagai aktifitas calon maupun tim sukses terus berlangsung. Seharusnya momen seperti ini masyarakat arus bawah akan kebanjiran rezki, karena para sang calon raja turun ke masyarakat membawa uang segepok dengan berkampanye “Pilihlah Aku”. Namun tidak demikian yang dirasakan Amaq Sukri seorang pedagang Gule Gending. Hidupnya tidak berubah, ia tidak menghiraukan hiruk pikuk pilkada dan bagi-bagi duit, karena baginya hanya orang tertentu yang mendapatkan duit tersebut.
Penulis cukup lama memperhatikan laki-laki bertopi ala Coboy itu di depan salah satu sekolah dasar, tak bergerak sedikitpun , rupanya pedagang kembang gula itu tanpa sadarkan diri terlelap memeluk lututnya menanti jam istirahat murid sekolah dasar tersebut keluar bermain. Mungkin mendengar langkah menghampirinya barulah dia terkejut dan terjaga, dengan senyum ramahnya laki-laki yang sudah berambut dua itu mengusap-usap matanya sambil membetulkan posisi duduknya. Amak Sukri (60 tahun) mengaku menggeluti profesi yang di sebutnya sebagai pedagang Gule Gending itu sejak muda sudah akrab dengan profesi ini, laki-laki tua yang berasal dari Desa kembang Kerang Kecamatan Aikmel ini menceritakan sekelumit perjalanannya menjadi pedagang Gule Gending, dia menceritakan bahwa tidak hanya berjualan keliling di Pulau Lombok saja akan tetapi hingga keluar daerah seperti sumbawa, bima, dompu bahkan hingga pernah menginjakkan kakinya berkeliling di tanah Kupang NTT, “ bukan hanya di pulau lombok saja tetapi di luar daerah juga saya pernah mengadu nasib dengan bejulan Gule Gending ini, tapi karna saya sudah tua makanya sekarang saya hanya di wilayah  terdekat saja seputar Lombok Timur (dengan bahasa sasak)” tuturnya. Siswa-siswi Taman kanak-kanak dan tingkat Sekolah Dasar menjadi sasaran utamanya, dengan berjalan kaki dari sekolah ke sekolah lainnya Amak Sukri dapat mengantongi hasil anatara Rp.50.000,- hingga Rp.60.000,- per harinya,  sisa dari ongkos dan makan hanya tersisa Rp. 25.000 hingga Rp30.000, kendati penghasilan yang hanya sekedar menyambung hidup dengan istri dan keempat anaknya itu, Amak Sukri masih tetap menyukai pekerjaannya ini. Pekerjaan yang dianggap hanya dapat memenuhi kebutuhan makan sehari-hari ini merupakan pekerjaan yang dinilai halal dan berkah untuk keluarganya. “ saya menikmati pekerjaan ini, disamping saya dapat uang juga menyehatkan, karena saya terus berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainnya, dari rumah setelah sholat subuh saya naik mobil angkutan sampai ke tempat tujuan dan jalan kaki berkeliling dari sekolah ke sekolah dan dari kampung ke kampung lainnya, saya memang punya sebidang sawah namun istri saya yang urus masalah itu, karna menjadi petani apa lagi sawah hanya seadanya tentu sangat tidak mencukupi kebutuhan keluarga, akhirnya kita bagi tugas saja sama istri” tuturnya panjang. Mengambil keputusan ke luar daerah hanya untuk berjualan kembang gula merupakan keputusan yang bukan asal-asalan atau sekedar cari pengalaman semata, akan tetapi menurut  Amak Sukri bahwa daerah Lombok khusunya Lombok timur juga belum mampu menjadi tempat yang mampu mensejahterakan penghuninya sekelas Amak Sukri, “ saya berjualan hingga ke luar daerah ketika saya rasa pendapatan mulai menurun, kan lombok ini khusunya lombok timur juga belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan buat orang-orang seperti saya dan itu juga sebabnya banyak yang ke malaysia” jelasnya.  Sambung Amak Sukri, kalau memang daerah ini (Lotim) banyak peluang pekerjaan tentu akan sulit mengambil keputusan mengadu nasib ke daerah lain atau ke luar negeri seperti banyaknya masyarakat lombok timur yang meninggalkan keluarganya ke negara Malaysia “kondisi seperti ini juga yang memaksa kita hingga pergi mencari nafkah ke negeri orang, ya kan....” jelasnya setengah bertanya. Ditanya soal hiruk pikuknya pesta demokrasi yang akan terlaksananya Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, Gubernur dan Wakil Gubernur 13 Mei mendatang, si petualang dari kecamatan Aikmel itu mengaku tidak pernah mau tahu “ yang nyalon-nyalon jadi pemerintah itu saya tidak kenal, lagian juga mereka tidak mengenal saya, kalau tiba waktunya memilih saya akan milih, itupun kalau ada kesempatan, bagi saya tidak terlalu penting karena kalau saya tidak kerja keras juga tidak makan, saya tidak terlalu peduli soal itu” tegasnya singkat dengan logat bahasa sasak yang kental.
Menurut Amaq Sukri, pemimpin kita kalau ada maunya baru dia turun, pura-pura simpati pada rakyat kecil, tapi kalau sudah jadi, mereka seolah tidak kenal dengan rakyatnya sendiri yang membuatnya jadi raja, buktinya kita masyarakat kecil belum mendapat perhatian seperti yang rakyat harapkan, dan juga pemimpin kita sering lupa ingatan kalau masalah rakyat.

0 komentar:

Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts