Ngabuburit Merasuk kedalam Bahasa Sasaq (lombok)
Oleh : Adhi
Bukan
kali ini saja tapi dari dulu-dulu juga begitu cuman sekarang aja sempat
nulisnya, aku adalah putra sasaq lombok asli (tulen) aku yang mungkin merupakan
salah seorang yang jarang menggunakan
bahasa persatuan yakni bahasa indonesia
dalam komunikasi keseharianku, aku lebih sering menggunakan bahasa campuran (
Sasaq+indonesia) baik di acara formal maupun non formal, misalanya : di forum
rapat, Kampus, ato juga sama ‘temen’ yang memang doyan bahasa indonesia atau
malu berbahasa sasaq takutnya tikatakan ndiso atau ga’ gaul, tak kercuali
dikampungku sendiri dengan para tetanggaku sudah pasti akan terdengar sasaq
banget, alasanku adalah agar bahasa sasak tetap lestari dan menjadi kebanggaanku,
bahasa sasak merupakan tanggung jawab moralku sebagai generasi sasaq, bahasa
sasaq tidak boleh punah bahkan menjadi bahasa akulturasipun aku tidak rela. Bukan
tak cinta, bukan tak suka atau tak tanggung jawab akan kelestarian bahasa bangsa sendiri (indonesia)
namun alasanku sederhana dan aku kira cukup rasional, kalo bahasa indonesia
yang akan menjaga, melestarikan, mengembangkan dst ada pemerintah melalui
lembaga pendidikan/kurikulum, undang-undang dst, juga warga negara indonesia
dari sabang sampai maerauke saya yakin banyak yang mencintai bahasa persatuan
indonesia, tapi bagaimana halnya dengan bahasa sasaq, mungkinkah ada orang
bukan dari suku sasaq/orang lombok yang mau peduli akan kelsetarian bahasa
sasaq ? atau katakan saja ada tapi sudah jelas jumlahnya tak sejumlah jari-jari
tangan dan mungkin orang itu termasuk satwa langka yang memang harus dijaga
dari kepunahan. Tapi sudahlah ga’ terlalu penting memperpanjang kisahku yang cendrung
senang berbahasa sasaq atau mencampurnya dengan bahasa indonesia.
Stiap
bulan ramadhan bagi saya ato mungkin bagi orang lain khususnya parakaula muda,
kata ‘ngabuburit’ adalah kata yang
identik dengan bulan ramadhan, kata ‘ngabuburit’
sebelumnya tak pernah menarik perhatianku karna kuanggap bahasa indonesia saja
(bahasa gaul) semata, cuman yang menarik bagi aku adalah makna atau tujuan dari
ngabuburit itu yakni menghabiskan
waktu sore menunggu bedug magrib yang menandakan waktu berbuka puasa telah tiba.
Dalam pemahaman ku ngabuburit adalah
sebuah aktifitas santai baik secara perorangan atau berkelompok di waktu sore
menunggu tibanya waktu berbuka puasa, itu saja pemahamanku. Namum belakangan
tiba-tiba kata ngabuburit menjadi
sesuatu yang menarik keingin tahuanku, dari mana asal muasal, apa arti
sesungguhnya makna kata ini. Lalu dari beberapa
temen yang sering mengucapkan atau memakai kata ngabuburit ini ku tanya asal
dan makna kata ini, namun tak satupun yang pernah memberikan jawaban yang
memuaskan rasa keingin tahuanku, merka rata-rata tidak tahu menahu asal kata ngabuburit ini namun arti atau makna
mereka menjelaskan tidak jauh beda dengan pengertianku diatas. Kata ‘ngabuburit’ menjadi kata menarik
perhatianku ketika kata ini dikait-kaitkan, digandeng-gandengkan dengan bahasa
sasak (lombok) oleh para muda mudi khususnya bagi teme-temenku yang mengajak ke
suatu tempat diwaktu sore menunggu saat berbuka puasa baik yang melalui sms atau secara
langsung (lisan), dari sederetan kalimat
ajakan itu yang sering aku dengar adalah :
-
Mebe
lain/aning te ngabuburit, (mana tujuan kita ngabuburit)
-
Nteh.......!
te lalo ngabuburit (yuk....! kita ngabuburit)
-
Mton
jok pante ngabuburit nteh....! (saudara ke pantai ngabuburit yuk....!)
-
Ndak
ngerep lalok ngabuburit nteh...! ( jangan di dalam kamar aja ngabuburit
yuk,....!) dll.
Bahkan
ada juga temen saya yang berinisiatif mnggelar acara reunian dengan moment ngabuburit bareng, dan inipun
dikomunikasi dalam bahasa sasaq (brembe te reuniankadu acare ngabuburit
bareng trus langsung buka bersama, brembe....? = gimana kalau kita reunian
dengan acara ngabuburit bersama dan langsung buka bersama, gimana,....?). Ditelingaku,
kata ngabuburit terdengar sangat
akrabnya, begitu melekatnya dengan bahasa sasaq, kata ngabuburit menjadi makin menarik perhatianku ketika ada orang tua
atau orang sasak lainnya harus
mengkerutkan kening ketika mendengar kata ngabuburit
bersanding dengan bahasa sasak. Memang penggunaan kata ngabuburit ini sekali setahun terdengar yakni ketika bulan ramadhan
saja dan dan hanya para muda-muda yang sering mengucapkannya tapi dalam tahapan
atau peroses defusi (penyebaran budaya)
memang seperti itu (step by step),
seperti halnya ngabuburit ini dulu
awalnya juga tak seperti ini penyebarannya, namun sekarang seakan telah menjadi
bahasa yang men-indonesia (bukan mendunia). Dari rasa keingin tahuanku lalu
menanyakan eberapa temen yang pada akhirnya tak sanggup memberi jawaban yang
memuaskan maka akupun meminta
pertolongan Om google mencari asal dan makna kata ngabuburit ini karna memang saya tidak memiliki buku/refrensi
seperti kamus. Alhasil saya temukan di http://kamusslang.com bahwa
ngabuburit adalah bahasa sunda, namun belakangan seolah menjadi bahasa
indonesia, saya menduka ini sebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi
informasi, seperti media cetak, elektronik, Handphon dan sejenisnya sehingga ngabuburit tersebar pesat. Jadi saya
bepikir akan tidak mungkin juga kata ngabuburit akan lama kelamaan masuk
menjadi bagian dari bahasa sasaq artinya seriring dengan waktu dan proses
lainnya ngabuburit secara alamiah
akan disasaqkan.
Nach....kalau
bahasa sasak, adakah kata yang akan berpotensi disundakan atau paling tidak
men-indonesia, kalau tidak, ini artinya bahasa sasaq akan terus terhimpit oleh
bahasa-bahasa lainnya seiring dengan lajunya perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi.
0 komentar:
Posting Komentar