Kamis, 11 Juli 2013



Melongok “Padak Timuk Kokok


Puluhan Hektar Area Perkebunan Warga Trrgerus Ombak.

Oleh : Muliadi, Lombok  Timur




Kawasan pantai Suryawangi memiliki keindahan yang potesial untuk dikelola sebagai objek wisata sperti halnya pantai meliwis labuhan haji, pada saat pagi hari bisa melihat indahnya matahari terbit, sambil melihat laut biru dengan degradasi hijau, dengan latar belakang hamparan persawahan yang indah dan lambaian pohon nyiur, tentunya merupakan perpaduan wisata alam yang harmonis dan butuh keseriusan dalam pengelolaan.
Di harapkan kepada pemerintah untuk memikirkan cara-cara dan melakukan tindakan yang berwawasan konservasi, tidak lagi hanya dengan melakukan upaya yang sifatnya sementara saja. Pencegahan ataupun penanggulangan abrasi dengan berwawasan konservasi ini tentunya akan memberikan berbagai keuntungan bagi lingkungan (alam) yang akan membawa banyak imbas positif dalam kehidupan manusia. Yang sering terlihat, dalam usaha mengatasi abrasi di daerah pantai, pemerintah melakukan kebijakan pencegahan abrasi dengan membangun pemecah gelombang buatan di sekitar pantai dengan maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi tanpa dibarengi dengan usaha konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman bakau dan/atau konservasi terumbu karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian abrasi kembali terjadi karena pemecah gelombang buatan tersebut tidak mampu terus-menerus menahan terjangan gelombang laut, lihat saja proyek abrasi yang menelan biaya miliyaran rupiah dari pantai Meliwis Labuhan Haji hingga ke Pantai Darmawangi Suryawangi yang kini nyaris tak tersisa yang kemudian dilanjutkan lagi dengan pembangunan batu beronjongan sebagai penahan ombak.
Padak oleh masyarakat Suryawangi adalah sebutan dari lahan perkebunan kelapa yang berada di pinggir pantai, sedangkan Timuk Kokok berarti Timur Sungai, sehingga nama Padak Timuk Kokok berarti Lahan perkebunan yang terletak disebelah timur sungai. Padak Timuk Kokok merupakan wilayah bagian Kelurahan Suryawangi Kecamatan Labuhan Haji. Bentangan areal perkebunan yang menghasil kelapa, bambu dan pisang hingga ke wilayah Kelurahan Iobalit itu dari tahun ketahun terus tergerus ombak, ganasnya terjangan ombak pantai lengkok seakan tak henti-hentinya melahap areal yang merupakan tumpuan masyarakat Suryawangi. Proyek abrasi yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya (Ali Bin Dahlan) dan direhabilitasi oleh pemerintah sekarang (M. Sukiman Azmi) hanya sampai pada titik sebelah barat sungai, higga kini belum ada terdengar rencana pembangunan abrasi dalam rangka upaya penyelamatan areal perkebunan yang terancam disulap menjadi genangan air asin. Muhdar (45) salah satu penduduk lengkok memperkirakan dalam 10 tahun terakhir ini energi ombak pantai lengkok telah sukses mengubah  ratusan hektar perkebunan menjadi laut. “mungkin ada ratusan hektar lahan perkebunan itu terkikis ombak dalam 10 tahun terakhir ini” terangnya. Memang dahsyatnya kekuatan ombak pantai lengkok tidak setiap hari menelan lahan perkebunan, tetapi pada saat-saat tertentu gulungan gelombang air laut disana bak kekuatan raksasa yang meminta tumbal ratusan pohon kelapa dan pisang, hingga raungannyapun terdengar oleh masyarakat Dasan Bantek, Lengkok maupun masyarakat Timba lindur yang berjarak kurang lebih 2km hingga ada yang berjarak 1km seperti Dusun Timba Lindur. Tentunya, bukan saja areal perkebunan yang terancam habis termakan air laut, akan tetapi areal persawahanpun juga jika dibiarkan akan terancam menjadi tumbal ganasnya air laut. Jupriadi (37) warga Lengkok, salah satu pemilik kebun kelapa yang berada dibibir pantai tersebut dengan luas sekitar 50 are (0,5Ha), kini tinggal beberapa jengkal saja, yang tertinggal hanya pematang batas kebunnya. Begitu juga halnya dengan Armad (44) yang bersebelahan dengan kebun milik Jupriadi, ia dipaksa merelakan warisan dari orang tuanya itu karena tak mampu berbuat apa-apa, areal perkebunan yang menjadi penyangga ekonomi untuk kelangsungan hidup bersama istri dan kedua anaknya itu nyaris tak tersisa. Jika Armad dan yang lainnya, menerima warisan berupa kebun dari orang tuanya, maka Armad dan yang lainnya pula akan mewariskan genangan air laut kepada anaknya, Barter kebun dengan air laut sungguh meresahkan sebagian warga khususnya pemilik kebun yang diterpa ombak.
Amak Hur (50) warga Lingkungan Dasan Bantek Kelurahan Suryawangi seorang Nelayan dan juga berprofesi sebagai petani menuturkan kondisi perkebunan pada puluhan tahun yang silam, ia menyebutkan hektaran luas perkebunan milik almarhum mertuanya yang kini tinggal beberapa jengkal saja. Perkebunan yang dulunya menghasilkan pisang dan beribu-ribu butir kelapa hanya tinggal kenangan. “dulu mertua saya dan warga lainnya memiliki hektaran perkebunan, tapi kini tinggal beberapa meter saja, bahkan ada yg telah habis sama sekali, padahal dulu perkebunan ini sangat subur sekali ribuan butir kelapa, pisang dihasilkan dan bahkan nenas juga tumbuh dengan subur” kenangnya. Penuturan yang sama juga dipaparkan oleh amak Solatiah (55) dan beberapa nelayan lainnya yang mengetahui luas dan potensi perkebunan puluhan tahun yang lalu. “kita berharap pemerintah sunguh-sungguh memikirkan cara penanggulangan terjangan ombak yang terus menerus menghabiskan areal perkebunan  masyarakat” harap Amak solatiah. Harapan yang sama juga dilontarkan oleh pemilik kebun lainnya.

Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts