Melongok
“Padak Timuk Kokok”
Puluhan
Hektar Area Perkebunan Warga Trrgerus Ombak.
Oleh : Muliadi,
Lombok Timur
Kawasan pantai Suryawangi
memiliki keindahan yang potesial untuk dikelola sebagai objek wisata sperti
halnya pantai meliwis labuhan haji, pada saat pagi hari bisa melihat indahnya
matahari terbit, sambil melihat laut biru dengan degradasi hijau, dengan latar
belakang hamparan persawahan yang indah dan lambaian pohon nyiur, tentunya
merupakan perpaduan wisata alam yang harmonis dan butuh keseriusan dalam
pengelolaan.
Di harapkan kepada pemerintah
untuk memikirkan cara-cara dan melakukan tindakan yang berwawasan konservasi,
tidak lagi hanya dengan melakukan upaya yang sifatnya sementara saja.
Pencegahan ataupun penanggulangan abrasi dengan berwawasan konservasi ini
tentunya akan memberikan berbagai keuntungan bagi lingkungan (alam) yang akan
membawa banyak imbas positif dalam kehidupan manusia. Yang sering terlihat,
dalam usaha mengatasi abrasi di daerah pantai, pemerintah melakukan kebijakan pencegahan
abrasi dengan membangun pemecah gelombang buatan di sekitar pantai dengan
maksud untuk mengurangi abrasi yang terjadi tanpa dibarengi dengan usaha
konservasi ekosistem pantai (seperti penanaman bakau dan/atau konservasi
terumbu karang). Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian abrasi kembali terjadi
karena pemecah gelombang buatan tersebut tidak mampu terus-menerus menahan
terjangan gelombang laut, lihat saja proyek abrasi yang menelan biaya miliyaran
rupiah dari pantai Meliwis Labuhan Haji hingga ke Pantai Darmawangi Suryawangi
yang kini nyaris tak tersisa yang kemudian dilanjutkan lagi dengan pembangunan
batu beronjongan sebagai penahan ombak.
Padak
oleh masyarakat Suryawangi adalah sebutan dari lahan perkebunan kelapa yang
berada di pinggir pantai, sedangkan Timuk
Kokok berarti Timur Sungai, sehingga nama Padak Timuk Kokok berarti Lahan perkebunan yang terletak disebelah
timur sungai. Padak Timuk Kokok merupakan
wilayah bagian Kelurahan Suryawangi Kecamatan Labuhan Haji. Bentangan areal perkebunan
yang menghasil kelapa, bambu dan pisang hingga ke wilayah Kelurahan Iobalit itu
dari tahun ketahun terus tergerus ombak, ganasnya terjangan ombak pantai
lengkok seakan tak henti-hentinya melahap areal yang merupakan tumpuan
masyarakat Suryawangi. Proyek abrasi yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya
(Ali Bin Dahlan) dan direhabilitasi oleh pemerintah sekarang (M. Sukiman Azmi)
hanya sampai pada titik sebelah barat sungai, higga kini belum ada terdengar
rencana pembangunan abrasi dalam rangka upaya penyelamatan areal perkebunan
yang terancam disulap menjadi genangan air asin. Muhdar (45) salah satu
penduduk lengkok memperkirakan dalam 10 tahun terakhir ini energi ombak pantai
lengkok telah sukses mengubah ratusan
hektar perkebunan menjadi laut. “mungkin ada ratusan hektar lahan perkebunan
itu terkikis ombak dalam 10 tahun terakhir ini” terangnya. Memang dahsyatnya
kekuatan ombak pantai lengkok tidak setiap hari menelan lahan perkebunan,
tetapi pada saat-saat tertentu gulungan gelombang air laut disana bak kekuatan
raksasa yang meminta tumbal ratusan pohon kelapa dan pisang, hingga raungannyapun
terdengar oleh masyarakat Dasan Bantek, Lengkok maupun masyarakat Timba lindur
yang berjarak kurang lebih 2km hingga ada yang berjarak 1km seperti Dusun Timba
Lindur. Tentunya, bukan saja areal perkebunan yang terancam habis termakan air
laut, akan tetapi areal persawahanpun juga jika dibiarkan akan terancam menjadi
tumbal ganasnya air laut. Jupriadi (37) warga Lengkok, salah satu pemilik kebun
kelapa yang berada dibibir pantai tersebut dengan luas sekitar 50 are (0,5Ha),
kini tinggal beberapa jengkal saja, yang tertinggal hanya pematang batas
kebunnya. Begitu juga halnya dengan Armad (44) yang bersebelahan dengan kebun
milik Jupriadi, ia dipaksa merelakan warisan dari orang tuanya itu karena tak
mampu berbuat apa-apa, areal perkebunan yang menjadi penyangga ekonomi untuk
kelangsungan hidup bersama istri dan kedua anaknya itu nyaris tak tersisa. Jika
Armad dan yang lainnya, menerima warisan berupa kebun dari orang tuanya, maka
Armad dan yang lainnya pula akan mewariskan genangan air laut kepada anaknya,
Barter kebun dengan air laut sungguh meresahkan sebagian warga khususnya
pemilik kebun yang diterpa ombak.
Amak Hur (50) warga
Lingkungan Dasan Bantek Kelurahan Suryawangi seorang Nelayan dan juga
berprofesi sebagai petani menuturkan kondisi perkebunan pada puluhan tahun yang
silam, ia menyebutkan hektaran luas perkebunan milik almarhum mertuanya yang
kini tinggal beberapa jengkal saja. Perkebunan yang dulunya menghasilkan pisang
dan beribu-ribu butir kelapa hanya tinggal kenangan. “dulu mertua saya dan
warga lainnya memiliki hektaran perkebunan, tapi kini tinggal beberapa meter
saja, bahkan ada yg telah habis sama sekali, padahal dulu perkebunan ini sangat
subur sekali ribuan butir kelapa, pisang dihasilkan dan bahkan nenas juga
tumbuh dengan subur” kenangnya. Penuturan yang sama juga dipaparkan oleh amak
Solatiah (55) dan beberapa nelayan lainnya yang mengetahui luas dan potensi
perkebunan puluhan tahun yang lalu. “kita berharap pemerintah sunguh-sungguh
memikirkan cara penanggulangan terjangan ombak yang terus menerus menghabiskan
areal perkebunan masyarakat” harap Amak
solatiah. Harapan yang sama juga dilontarkan oleh pemilik kebun lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar