Kamis, 12 September 2019



Oleh: Muliadi

Pendamping Desa Kec. Wanasaba Lotim NTB
Pagi hari merupakan sebuah berkah yg indah, tak masalah mendung ataupun cerah karena pagi merupakan awal untuk memulai sesuatu yang disebut kehidupan. Masih terasa dingin menyentuh kulit, kami belah kekakuan dan kebekuan suhu diantara hamparan areal pertanian yang merupakan wajah desa.
Desa Bandok merupakan desa pertama yang kami kunjungi, kunjungan kami tentu merupakan kewajiban atas kesanggupan kami selaku pendamping desa, pemerintah desa adalah teman kami setiap harinya, menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, melakukan pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat adalah Misi utama dalam membangun bangsa dari desa.
Pagi itu, para perangkat desa nampak tengah melaksanakan rutinitasnya, kami pendamping desa hadir ditengah kesibukan itu, tentu saja kehadiran kami mendampingi mereka dalam banyak hal yang perlu dimaksimalkan dan dioptimalkan. Berbincang dan bertukar pikiran tentang bagaimana desa berbenah mewujudkan sebuah impian warganya. Kades, Sekdes, beserta seluruh perangkat desa yang ada menjadi sahabat yang baik, setiap kali kami berkumpul, tak ada dinding pemisah yang kami rasakan, serasa kami terlahir dari rumpun yang sama.

Hidup berdesa bagi saya adalah hidup mempertahankan khazanah leluhur, karena di desa ada tradisi, budaya serta kearifan lokal lainnya yang masih terpelihara. Orang-orang desa nampaknya masih kuat memegang apa yang diwariskan oleh para leluhurnya, walau hari ini tengah mengalami gempuran budaya, tradisi melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Setelah itu, dari ujung timur beranjak ke ujung barat menuju Desa Beriri Jarak, desa ini masuk dalam lingkar kaki gunung rinjani, tentu saja suhunya juga terasa dingin walaupun matahari telah menggelinding diatas kepala, suasana persawahan, hutan dan kebun-kebunnya menjadi ciri khas desa ini.
Di Desa Beririjarak pun sama, merumuskan rancangan pembangunan, menyusun mekanisme koordinasi antar lembaga-lembaga yang ada di desa dalam upaya membangun desa dalam nuansa kebersamaan.
Mendung menggulung gerimis mengiringi kepulangan kami sambil menggeret sepeda motor yang pecah ban. Saat itulah titik-titik kelelahan, kelesuan menjadi hadiah yang tak diharapkan, namun tak ada pilihan lain selain menyadari bahwa apa yang kami lakukan bukan hanya kewajiban yang diamanatkan undang-undang akan tetapi merupakan kewajiban moral kami yang juga sebagai anak desa. (Rabu, 13/02/2019)


0 komentar:

Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts

Blog Archive