Terara, DA : Khususnya diwilayah Desa Rarang
Selatan hingga ke Desa Rarang Batas. Hari itu (13/7) para petani tambakau
virginia nampak sibuk melawan panas terik matahari dan dahaga puasa untuk
sekedar mengairi pohon tembakau yang baru beberapa minggu ditanam, menenteng
ember air dan menuangnya ke pangkal pohon tembakau dengan satu cedok ukuran 0,5
liter agar tanaman tembakau tidak terbakar oleh panas matahari dan tanah yang
sudah mulai kering dan mengeras. Timan (40) mengaku resah dengan kondisi musim
panas yang terjadi, jika dia tidak memiliki uang untuk sewa mesin dan beli air,
tentu petani miskin sepertinya harus kerja keras setiap harinya untuk mengairi
tembakau dengan berkeliling membawa ember. Jika tidak demikian maka panen
tembakaupun akan terancam gagal total, “kalau tidak sanggup berkeliling bawa
ember menyirami pohon tembakau tentu kita akan rugi, atau paling tidak kita
harus punya uang untuk sewa mesin air, makanya makin hari kita makin resah saja
dengan musim panas ini” tuturnya bergantian dengan sang istri. Sambil
menunjukkan warna coklat tua batang tembakau akibat kekeringan, Timan juga
mengakui bahwa debit air di sejumlah embung/ mata air juga kian menyusut. Hal
senada juga diungkapkan Nasrudin (41), ia memperkirakan bahwa untuk tahun ini
petani yang berada di Rarang selatan hingga ke Rarang Batas mencapai rartusan
hektar lahan untuk menanam tembakau dan mengalami hal yang sama yakni masalah
kekeringan di musim panas sekarang ini. Dampak yang sangat mencuat dari musim
panas seperti ini adalah terancamnya pohon tanaman tembakau terbakar akibat
lambatnya mendapat pengairan, selanjutnya adalah kost atau biaya yang semakin
membengkak,”kami petani saat ini memang benar-benar susah akibat dari musim
panas sekarang ini, yang akibatnya tembakau bisa mati atau terbakar, biaya juga
semakin bertambah, bayangkan saja untuk satu hektar jika kita menyewa mesin dan
mengairinya dapat memakan waktu sampai lima hari bahkan bisa lebih baru bisa
terairi semuanaya, dan satu hari hari biaya pengairan dengan mesin mencapai
tiga ratus ribu rupiah perhari, jadi bagaimana kami tidak pusing”ungkap
Nasrudin yang juga merupakan Kadus Seganteng. Lebih jauh Nasrudin menuturkan
bahwa pembengkakan biaya atau kost yang tinggi pada musim tanam kali ini juga
diakibatkan oleh tenaga kerja kurang yang dibarengi dengan ongkos atau upah
buruh harian yang mahal, untuk satu hari per orang mencapai Rp.40.000,-, musim
panas yang terus mendera para petani tembakau memaksa untuk bisa kerja keras
dan memutar otak mencari utangan (pinjam
modal/uang) untuk menyelamatkan tanaman tembakau agar tidak merugi. “kita
memang benar-benar harus kerja keras dan bisa mencari utangan atau modal untuk
membiayai tanaman tembakau kita”keluh Nasrudin. Seperti yang diungkapkan petani
lainnya Nasrudin juga mengakui bahwa debit air kian menyusut, sehingga dapat
menyewa mesin pompapun tidak lantas masalah menjadi ringan, karna setelah
mendapat mesin pompa para petani juga dipeningkan dengan mencari sumber air
yang cukup disedot untuk mengairi
tanaman tembakaunya. (adhi)
Selasa, 10 September 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar