Penulis: Agus Puji Prasetyono
Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta dan
Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Bidang Relevansi dan Produktivitas
Staf Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Bidang Relevansi dan Produktivitas
Tidak
terpungkiri lagi bahwa posisi strategis Indonesia yang berada di jantung
perlintasan perdagangan dunia, di antara dua samudra dan dua benua, serta
menyimpan sejumlah besar mineral, minyak dan gas di dalam perut buminya,
terlebih penuh dengan kesuburan di hamparan hutannya, adalah negara yang sangat
kaya. Dengan kekayaannya itu Indonesia kini menjadi sasaran utama negara tujuan
investasi yang potensial bagi negara lain. Bagi Indonesia investasi asing
hanyalah suplemen dari anggaran pembangunan yang sudah terencana dalam APBN dan
RPJMN, sehingga jumlah dan peruntukannya pun telah terkontrol dengan baik.
Dengan dua jenis skema anggaran dan pembangunan itu Indonesia bergerak
membenahi diri menghadapi persaingan global.
Kondisi
saat ini
Salah
satu bukti dari keseriusan Indonesia adalah realisasi pembangunan Infrastruktur
yang secara nyata telah berhasil di beberapa wilayah. Pembangunan itu bertujuan
agar konektivitas antar kabupaten/kota, provinsi dan nasional menjadi mudah dan
praktis sehingga akan menaikkan dinamika sosial dan ekonomi, yang berdampak
pada naiknya jam kerja dan pendapatan masyarakat. Alasan pembangunan
infrastruktur ini sangat masuk akal, seperti apa yang kita lihat saat ini,
meskipun Indonesia telah 72 tahun merdeka, faktanya infrastruktur di banyak
daerah terutama daerah terpencil seperti di sebagian Kalimantan, Maluku, Papua,
Sumatera dan Sulawesi masih sangat mengenaskan. Karena keterpencilannya itu
mereka tidak dapat bergerak secepat masyarakat kota, akibatnnya mereka
tertinggal dalam beberapa bidang pembangunan baik pendidikan, sosial maupun
ekonomi. Mereka hidup dalam kemiskinan subsisten, belum tersentuh ilmu
pengetahuan dan teknologi secara memadai, dan bahkan gerak langkah kehidupannya
sangat terbatas.
Faktor
utama membangun negara yang ber Daya Saing tinggi antara lain adalah sumberdaya
manusia (SDM) dan Iptek. Berdasakan wilayah, SDM terdiri dari dua kelompok
yaitu SDM yang tinggal di perkotaan dan desa. Masyarakat kota secara umum
dinilai maju dalam berbagai hal, mereka terfasilitasi infrastruktur yang
memadai, akses pendidikan yang lebih mudah, sedangkan masyarakat Desa umumnya
memiliki ciri-ciri sebaliknya. Disparitas kaya-miskin masih belum berhasil
diturunkan secara signifikan. Disparitas ini tecermin dari kehidupan kota yang maju
dan kehidupan desa yang serba terbatas. Sementara itu, desa penuh dengan
kekayaan alam melimpah, mineral, tambang, minyak dan gas sertahamparn hutan
yang luas, cukup menjamin kehidupan Desa. Namun lagi-lagi yang memanfaatkan
kekayaan alam desa umumnya didominasi masyarakat kota. Inilah yang menyebabkan
disparitas itu masih lebar hingga saat ini. Dari data menyebutkan bahwa
kesenjangan dalam Gini Ratio masih berada di sekitar 0,4, dan ini terjadi sejak
tahun 2007. Setidaknya harapan baru bagi masyarakat desa telah muncul ketika
pemerintah meggenjot pembangunan infrastruktur, jika ini berhasil, setidaknya
masyarakat Desa memiliki fasilitas untuk mengejar ketertinggalanya dengan
masyarakat kota. Masyarakat desa akan bisa menggunakan waktu lebih panjang untuk
belajar, bekerja dan berkreasi lebih baik.
Dalam
penguasaan Teknologipun, masyarakat kota dengan pengetahuannya memiliki
kapasitas untuk menguasai teknologi lebih baik, sementara masyarakat desa hanya
bisa menguasai Teknologi sederhana, itupun baru bisa tersinergi jika
infrastruktur desa dapat diwujudkan segera.
Sementara
itu, sebagian besar penduduk di desa tertinggal hidup dalam infrastruktur yang
memprihatinkan, mereka harus menempuh jarak sejauh 6-10 km ke pusat pemasaran
(terutama pusat kecamatan), bahkan di desa lainnya penduduk harus menempuh
jarak lebih dari 10 km dengan kondisi jalan yang memprihatinkan. Penduduk yang
terlayani air minum perpipaan perdesaan masih sangat rendah, selebihnya masih
mengambil langsung dari sumber air yang belum terlindungi. Sementara itu,
banyak petani di desa tertinggal memiliki luas lahan pertanian kurang dari 0,5
ha (lahan marjinal). Dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan strategi
penanganan penyediaan infrastruktur perdesaan yang dapat mendukung terjaminnya
peningkatan dan keberlanjutan kegiatan perekonomian di perdesaan
Sehebat
apapun reputasi kota, tanpa adanya desa, kota tidak akan pernah bisa maju
seperti sekarang. Membangun desa adalah membangun masyarakat miskin, akan
terwujud jika desa memiliki Sumberdaya Manusia terampil dan Iptek yang tepat.
Thomas
Alfa Edison pernah mengatakan “Tidak ada jalan keluar yang dipakai untuk
menghindarkan diri dari sesuatu, kecuali berfikir”.
Hal
itu menegaskan bahwa dalam setiap masalah harus dapat dipecahkan dengan
menggunakan strategi yang tepat, sedapat mungkin dengan cara yang sederhana,
dapat dijangkau dengan mudah, dapat dipertanggung jawabkan, dan memiliki
dimensi waktu yang jelas.
Solusi
strategis
Karena
itu membangun desa harus dimulai dari mempersempit disparitas kota-desa secara
terukur dan tepat agar dapat menjamin kepastian keberhasilan, antara lain :
Mempercepat
pembangunan infrastruktur Desa memerlukan strategi yang tepat, Jumlah penduduk
miskin berpengetahuan rendah yang dominan di perdesaan perlu strategi dalam
melibatkan masyarakat perdesaan dalam pembangunan infrastruktur perdesaan
sehingga bisa memberikan beberapa dampak, antara lain :
- 1.
Kualitas pekerjaan
yang dihasilkan,
- 2.
Keberlangsungan
operasional dan pemeliharaan infrastruktur tersebut,
- 3.
Kemampuan masyarakat
dalam membangun suatu kemitraan dengan berbagai pihak, serta
4.
Penguatan kapasitas
masyarakat untuk mampu mandiri memfasilitasi kegiatan masyarakat dalam
wilayahnya.
Jenis
infrastruktur perdesaan yang perlu ditingkatkan, antara lain berupa :
1.
Infrastruktur yang
mendukung aksesibilitas, berupa jalan dan jembatan perdesaan,
2.
Infrastruktur yang
mendukung produksi pangan, berupa irigasi perdesaan, dan
3.
Infrastruktur untuk
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat perdesaan, berupa penyediaan air minum dan
sanitasi perdesaan
Seperti
yang dikatakan Philip H. Comb & Manzoor Ahmed, meningkatkan SDM Desa perlu
strategi khusus, antara lain :
- a. Jenis ketrampilan yang dibina , tempat dan jadwal program pendidikan ini harus secara cermat disesuaikan dengan waktu, kebutuhan dan motivasi,
- b.
Ketrampilan yang
dibina dan dianjurkan penerapannya janganlah tepat dari segi teknik, namun juga
harus bisa diaksanakan secara fisik dan ekonomis dalam keadaan khas di
masyarakat mereka,
- c.
Metode yang
diterapkan harus sesuai dengan khasanah bahasa serta gaya belajar kelompok
peserta,
- d.
Usaha pendidikan
harus dilaksanakan sebagai suatu rangkaian yang kontinyu,
- e.
Tujuan-tujuan
pendidikan harus diperincikan secara tegas dari semula, sehingga langsung dapat
diadakan evaluasi untuk mengadakan penyesuaian dan penyempurnaan.
Maka
yang harus dilakukan adalah meningkatkan kemampuan dan kapasitas SDM Desa
melalui pendidikan yang memadai dengan meningkatkan muatan lokal tanpa harus
meninggalkan tuntutan muatan nasional yang antara lain dapat dilakukan melalui
program pendidikan yang isi dan media penyampaiaanya dikaitkan dengan
lingkungan alam pedesaan, lingkungan social, lingkungan budaya dan kebutuhan
daerah sesuai prioritas muatan lokal yang memungkinkan SDM Desa akan terampil
dan memiliki bekal untuk kehidupan. Pelaksanaanya dapat melibatkan perangkat
yang ada di Desa seperti LKMD, Karang Taruna dan sebagainya, yang bertujuan
pengembangan diri SDM Desa.
Misalnya
di bidang pertanian dan peternakan, mereka dikenalkan berbagai peluang usaha
dari pertanian dan peternakan beserta cara pengelolaannya dengan managemen yang
baik, strategi peningkatan hasil pertanian dan penggunaan pupuk dan bahan kimia
yang tepat. Untuk Pembinaan tukang dan pengrajin, mereka perlu mempelajari
ketrampilan dasar menjadi pengrajin, dikenalkan berbagai bahan dasar, proses
pembuatan sampai pada pemasaran, bahkan penggunaan alat-alat pertukangan modern
dan perawatannya sehingga pembuatan kerajinan lebih cepat dan lebih baik. Dalam
hal pembinaan Industri kecil, SDM Desa perlu dikenalkan berbagai jenis usaha
kecil seperti makanan, souvenir, hiasan rumah, peralatan sehari-hari terutama
yang memeiliki ketersediaan bahan baku di daerah tersebut. Mulai dari cara
pembuatan, mengemas agar menarik dan pemasaran juga perlu di sampaikan
Meningkatkan
kapasitas Iptek Desa tak terlepas dari adanya hubungan IPTEK dan kemiskinan.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam
peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi.
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung
ilmu pengetahuan di dalamnya. Perubahan teknologi yang cepat dapat
mengakibatkan perubahan struktur dan pola kemiskinan, karena terjadi perubahan
sosial yang fundamental.
Memperkuat
skema pelatihan Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi yang bertujuan untuk
mendukung kewirausahaan berbasis teknologi untuk masyarakat Desa. Perusahaan
pemula yang dikembangkan, memanfaatkan hasil penelitian dan pengembangan dari
lembaga litbang maupun perguruan tinggi. Selain itu juga bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas inkubator-inkubator yang saling terhubung dan bekerja
sama satu sama lain untuk mengembangkan, membangun sinergi dan membantu
industri serta Industri Kecil Menengah terutama dalam menyesuaikan
teknologi-teknologi yang tepat. Jenius bantuan yang disediakan mencakup
on-site dan off-site melalui jasa pelatihan dan pendampingan,
serta mengembangkan materi-materi intermediasi melalui kerjasama dengan
organisasi-organisasi terkait.
Dalam
proses inkubasi ini, umumnya pengusaha pemula diberikan: mentoring,
pendampingan uji produksi, pendampingan uji konsumen, pendampingan uji jual,
sertifikasi, hingga promosi.
Membangun
kerjasama terutama pasar bagi komoditas desa, terutama jika dikaitkan dengan
realitas pasar desa, yaitu bahwa komoditas paling banyak adalah barang-barang
hasil bumi yang siap untuk dikonsumsi. Seperti sayur-sayuran, hasil panen,
alat-alat produksi, makanan siap makan (jenang, gudeg, gorengan, dan makanan
khas daerah setempat). Meski demikian, dalam dua decade terakhir ini banyak
pasar desa yang juga menyediakan komoditas sandang/pakaian. Barang komoditas
seperti perkakas/ peralatan pertanian dan barang-barang modal dalam proses
produksi yang juga disediakan di pasar adalah konsekuensi logis dari mayoritas
profesi masyarakat desa sebagai petani. Karena desa sebagian besar menjual
komoditas hasil pertanian maka Time delivery sangat penting untuk diperhatikan
disamping kualitas barang dan harga. Oleh karenanya menual barang dengan cepat,
kualitas prima dan harga bersaing menjadi parameter utama yang harus
diperhatikan dalam pola kerjasama pasar komoditas desa.
Implikasi
Tidak
menutup kemungkinan jika beberapa hal diatas dilakukan, yaitu antara lain
adalah membangun SDM Desa, membekali masyarakat Desa dengan Iptek, membangun
Pasar Desa serta mendorong tumbuhnya Pengusaha Pemula Desa yang berbasis
teknologi maka ekonomi desa akan tumbuh produktif dan terjadi lompatan
pendapatan yang tinggi. Pada gilirannya Desa akan memiliki kekuatan dan daya
saing yang dapat memberikan dampak pada daya saing nasional. (*)
0 komentar:
Posting Komentar