Wanasaba – Salah
satu sekretaris desa (Sekdes) di Kecamatan Wanasaba yang juga merupakan Ketua
Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) tahun 2020, mengeluhkan
sulitnya menyelenggarakan musrenbangdes khusus perempuan, karena dinilai
partisipasi perempuan dalam prerencanaan pembangunan masih sangat rendah, dan
bukan itu saja, menurutnya output yang dihasilkan pula dalam setiap musyawarah
perempuan tidak jauh beda dengan hasil musyawarah pada umumnya, yang artinya
tidak menghasilkan output yang mengarah kepada penyelesaian persoalan
perempuan.
Menanggapi hal tersebut, Bahtiar Ripai salah satu Pendamping
Desa Pemberdayaan (PDP) Kecamatan Wanasaba yang juga merupkan narasumber pada
acara Bimtek Tim Penyusus RKPDes se-Kecamatan Wanasaba pada Kamis (5/9) kemarin,
mengamini apa yang dikatakan salah satu sekdes yang menjadi peserta bimtek
tersebut, menurut Bahtiar, bahwa memang benar, musdes atau musrenbangdes khusus
perempuan merupakan sarana untuk menyalurkan aspirasi perempuan, peserta musyawarah
dapat memaparkan persoalan dan usulan kegiatan yang dapat menyelesaikan maupun
yang dapat memenuhi kebutuhan khusus perempuan, namun dalam hal kepesertaan
tidak harus semua peserta musdes atau musrenbangdes khusus perempuan seluruhnya adalah kaum perempuan,”bahwa
perempuan juga menjadi peserta musyawarah memang iya, bahwa perempuan lebih
memahami persoalan dan kebutuhannya sendiri juga iya, akan tetapi keterlibatan
kaum laki-laki ataupun kelompok lainnya juga bisa menjadi peserta musyawarah, namun tentunya laki-laki maupun kelompok-kelompok
peduli yang memahami persoalan dan kebutuhan perempuan, banyak ko’ laki-laki
yang menjadi aktifis perempuan yang konsen terhadap persoalan-persoalan
perempuan dan melakukan advokasi terhadap kepentingan kaum perempuan, sehingga mereka-mereka itu juga sangat layak dan diharapkan juga
menjadi peserta musyawarah” jelas laki-laki dari kerongkong itu.
Sehingga, lanjut Bahtiar, kita jangan hanya fokus pada kata “perempuan”nya
saja, namun yang perlu dipahami adalah konteks-nya yakni “Musyawarah Khusus
Perempuan”, artinya kontennya adalah khusus membahas soal keperempuanan, jadi
siapa saja boleh ikut menjadi peserta musyawarah yang terpenting substansi
musyawarah tersebut adalah membahas pesoalan-persoalan khusus perempuan. "yang
terpenting dalam musyawarah khusus perempuan itu kita bicara mengenai persoalan
dan atau kebutuhan perempuan saja sehingga di khususkan, begitu juga halnya
dengan musyawarah khusus anak, disabilitas dan lansia” paparnya.
Laki-laki yang kerab berkacamata itu juga menjelaskan bahwa, musdes ataupun musrenbang khusus perempuan, anak, disabilitas dan lansia merupakan alur dan tahapan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah desa dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan pembangunan, "Jadi
musyawarah khusus perempuan diharapakan dapat memberikan solusi atas berbagai
pesoalan yang dihadapai oleh kelompok perempuan, bahkan diharapakan dapat
memunculkan ide-ide atau inovasi yang dapat mensejahterakan kaum perempuan
khususnya.” pungkas Bahtiar.
Pada acara Bimbingan Teknis (Bimtek) penyusun Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKPDes) untuk tahun 2020 tersebut dibuka langsung oleh camat
wanasaba Saharudin dan Pelita Yatna selaku ketua Pembina Teknis Pemerintah Desa
(PTPD) yang juga merupakan Sekcam Wanasaba, acara Bimtek tersebut
diselenggarakan selama dua hari mulai hari
rabu tanggal 4 sampai dengan hari kamis tanggal 5 September 2019 di Aula Rapat
Kantor Camat Wanasaba, jumalah peserta sebanyak 42 orang dari 14 desa yang ada
di Kecamatan Wanasaba. Pada hari pembukaan acara tersebut nampak hadir para kepala
desa, ketua BPD dan LKMD dari beberapa desa yang ada. Adapun narasumber Bimtek tersebut diantaranya Pelita Yatna (Sekcam Wanasaba), Muh. Fauzan (PDP), Bahtiar Ripai (PDP), Muh. Tohri (PDTI) dan Muliadi (PLD) (Adhi).
0 komentar:
Posting Komentar