Masyarakat
Akan Lebih Cermat Dalam Memilih Para Wakil Dan Pemimpinnya
Pernyataan sebagian pengamat dari
berbagai kalangan yang mengatakan bahwa masyarakat sudah cerdas dalam memilih para wakil dan pemimpinnya ada benarnya.
Beberapa hari yang lalu di Taman
Kota Selong tepatnya dilapak Pedagang Kaki Lima (PKL), saya bersama teman saya
duduk disalah satu tempat pedagang Es kelapa muda untuk melepas dahaga dengan
menikmati segelas Es Kelapa muda dan beberapa batang rokok, sedang asyiknya
kami ngobrol dan menikmati es tersebut berduaan, disebelah kami juga terlibat
asyik berbincang antara pengunjung dengan pedagang kaki lima, perbinjangan mereka tak tanggung-tanggung
yakni soal politik dan kepemimpinan, dengan gaya bahasa mereka yang sangat
sederhana mereka coba mengupas perilaku politik dan tipologi kepemimpinan para
pemimpin mereka baik yang sudah maupun yang sedang memimpin. Mereka coba
mereview bagaimana kepemimpinan Bupati Lombok Timur sebelumnya (Ali bin Dahlan)
dari kaca mata mereka dan bagaimana pula kepemimpinan bupati Lombok Timur yang
sedang memimpin sekarang ini (pasangan Sukiman Azmi dan Syamsul Lutfi / SUFI). Saya
dalam hal ini tidak akan mengungkapkan hasil penilaian mereka atau plus minus
dari kepemimpinan dua periode itu (Pasangan Ali bin Dahlan dan Pasangan Sukiman
Azmi), namun saya hanya ingin mengatakan bahwa mereka telah cerdas, mereka
sudah memiliki catatan tersendiri tentang para pemimpin daerah ini. Hitam,
putih dan abu-abunya politik, mereka beberkan pula termasuk keberhasilan dan
kegagalan para pemimpin mereka, parameter yang digunakan adalah bagaimana
pelayanan publik oleh birokrasi pemerintah, katakan saja seperti pelayanan
pembuatan Akta Kelahiran, KTP, permohonan izin usaha dan pelyayanan kesehatan,
Pendidikan dan tingkat ekonomi yang mereka rasakan pada masa kepemimpinan
sebelumnya dan yang sedang memimpin juga tidak terlepas menjadi tolokukur dari
penilaian mereka. Lagi-lagi saya mengatakan bahwa masyarakat akar rumput sudah
mampu menentukan pilihan secara rasional. Dalam perbincangan tersebut mereka
juga dengan tegas mengatakan bahwa mereka tidak akan terganggu, terpengaruh
dengan money politik (bagi-bagi uang) untuk menentukan pilihan, termasuklah
para politisi yang akan menjual organisasi maupun agama, “kita ambil saja uangnya, kita iakan saja mereka, tapi pilihan akan kita
tentukan di TPS/hok (tempat pencoblosan/pencontrengan) berdasarkan hati nurani,
pengalaman kita selama mereka memimpin” tegas mereka.
Berbagai kasus korupsi, ketidak
adilan dan kebijakan yang tidak berpihak kepada publik khusunya kepada masyarakat
yang kurang beruntung yang terjadi di negeri ini telah menjadi pisau yang
mengiris hati mereka dan menjadi akumulasi yang akan membuat mereka menjadi
berang dan dendam. Mereka yang masih dalam keterpurukan sangat mengharapkan
pemimpin yang mampu melepaskan mereka dari jeratan kemiskinan. Sudah saatnyalah
para politisi atau para pemimpin negeri ini khususnya pemimpin daerah ini lebih
meningkatkan kualitas kinerja, mengedepankan kepentingan Masyarakat banyak dari
pada kepentingan pribadi maupun golongan untuk mendapatkan simpati masyarakat. Para
politisi atau para pemimpin yang mengabaikan hal ini tentu akan menerima
hukuman dari masyarakat sendiri maupun hukuman di akhirat kelak. Masyarkat
sudah terlalu lama mengimpikan/mengharapkan kesejahteraan, keadilan, keamanan dan
kenyamanan serta kemudahan dalam
memperoleh pelayan kesehatan dan pendidikan yang murah.