Rabu, 07 November 2012


BINGKISAN KECIL DARI TOYA
Penulis :
Muliadi
( Peserta PPL KKN KF Program Study Sosiologi )

 

            Program unggulan pemerintah provinsi NTB adalah 3A ( Absano, Akino, Adono), program ini terus digaungkan hingga kepelosok-pelosok karena memang tendensi dari program ini adalah akar rumput, Absano ( angka buta aksara nol ) adalah salah satu yang kini penulis laksanakan yang juga merupakan bagian dari program akademis (KKN KF) yang berlokasi di Aikmel Utara, Desa Toya, Dasan Liyan Daya. Upaya realisasi Absano adalah pelaksanaan KF (Keaksaraan Fungsional ) atau bahasa lainnya adalah Pembrantasan Buta Huruf. Pada tanggal 17 februari 2010 di Desa Toya para kader berjas merah ( Mahasiswa Peserta KKN KF ), calon Warga Belajar, Toga, Toma dan element masyarakat lainnya membanjiri Louncing KF yang langsung pandu oleh orang nomor satu NTB ini (TGB.KH. M. Zainul Majdi. MA) yang juga dihadiri oleh Bupati Lombok Timur beserta beberapa Insan Pers yang meliput acara tersebut.
            Pada tanggal 19 Februari 2010 merupakan hari perdana penulis/peserta KKN KF beserta teman-teman datang menemui dan menyapa sang lansia peserta belajar. Di tempat yang amat sederhana kami telah ditunggu dan disambut penuh harapan oleh warga belajar yang kesemuanya adalah para Ibu-ibu lansia, senyum ramah tesungging dari bibir mereka, dari wajah yang mulai berkerut itu tersirat ada semangat yang menggeliat, ada asa yang takkan padam. Setelah membagikan kelengkapan belajar dan saling berkenalan tanpa membuang-buang waktu kami mulai beraksi dengan menulis lalu melontarkan satu persatu huruf vocal dan abjad lainnya, bak taman kanak-kanak mereka mengikuti ucapan sang tutor lalu mereka disuruh mengulangi satu persatu, ketika itu mereka mengkerutkan kening, dari wajah tua itu terlihat betapa mereka begitu kesulitan untuk mengingat kembali dan menyebut huruf tersebut. Dan seperti itulah keseharian mereka disetiap proses pembelajaran yang dimulai jelang sorenya, terkadang suasana belajar terdengar pekikan suara lantang menyebut huruf satu persatu, terkadang pula terdengar gemuruh tawa tak tertahankan ketika dari salah satu mereka tidak bisa menyebut dengan sempurna atau keliru menyebut, ada juga yang tanpa beban menyebut dan berkata serampangan.
            Menginjak hari ke Sembilan, suasan mendung dan gerimis lembut membasahi sore itu, dan telah tiga jam lebih berlangsung pembelajaran, terasa sore itu begitu syahdu, terlihat keletihan dan semangat mengendor dari wajah mereka, lalu kamipun mengakhirinya. Ketika kami pamitan hendak beranjak pulang salah satu dari mereka tiba-tiba menarik tanganku ketika kami bersalaman, dari bibir sedikit gemetar itu terucap kata lirih luahkan perasaannya :
( bahasa sasak khas dasan Liyan )
“ Nak…., bolehkah aku digantikan ?”
“ aku kesal pada diri sendiri, betapa aku sulit sekali bisaatau mengerti
“ Setiap aku sholat aku selalu berdo’a semoga aku cepat bisa “
“ Uang yang diberikan itu, aku tidak berani pake karna aku belum bisa “
“ Maafkan aku nak……….( keluh Papuq sumawati ).
Hal senada juga dikeluhkan oleh sebagian mereka.
Ada rasa haru, kagum dan perihatin merasuk dalam hati kami, lalu kamipun menenangkan dan memberi semangat untuk mereka agar terus belajar tanpa putus asa.
Dari rankaian penuturan ini, ada beberapa hal yang dapat kita resapi, yang Pertama bahwa belajar dimasa tua bagaikan mengukir di atas air dan belajr dimasa kecil bagikan mengukir diatas batu, yang Kedua dari mereka betapa nilai luhur dan kejujuran itu menjadi yang utama, Ketiga pendidikan tidak saja menjadi sebuah kepentingan akan tetapi menjadi sebuah kebutuhan hidup, dan yang terakhir Peneyesalan itu selalu terlambat datangnya.
Untuk itu tidak ada kata terlambat, mari kita mulai dari diri sendiri dan sekarang untuk bisa berubah kearah yang lebih baik, kita manfaatkan waktu dan masa kita untuk membekali diri.






Wanasaba 02 Maret 2010

0 komentar:

Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts