Jumat, 13 Maret 2020



Prahara Diujung Harapan



Oleh : Wigisni Zahrah


Ketika itu tahun 2016, aku mengikuti jalur SNMPTN, yakni sebuah sistem yang diiukuti oleh anak sekolah yang duduk di bangku kelas 3 SMA, jalur SNMPTN itu  kutujukan ke Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Yogyakarta, alasanku memilih Yogyakarta adalah karena kota tersebut dikenal sebagai kota Pendidikan, banyak dari teman-teman ku juga yang menjadikan Yogyakarta sebagai tempat menimba ilmu terutuma untuk perguruan tinggi. Aku sudah lama mengimpikan Yogyakarta sebagai tempat untuk melanjutkan study. 
Antara harapan dan realita kerap tak berbanding lurus, aku menyadari bahwa pilihan melanjutkan study keluar daerah memiliki dampak berat terhadap kondisi keluargaku saat itu, butuh biaya besar sementara kondisi ekonomi keluarga tak menjamin keberlangsungan, disisi lain, hasrat untuk dapat melanjutkan study ke luar daerah kian menggebu,  muncul inisiatif bekerja sambil kuliah agar dapat melonggarkan himpitan kondisi keluarga yang masih terjebak dalam kesulitan. 
Tuhan Maha Mengetahui dan telah membaca setiap denyut nadiku, angin berhembus menyampaikan kabar baik untukku, kabar itu adalah tawaran kerja disebuah toko yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Seketika aku menjadi lega, semangatku serasa mengembang karena ada secercah harapan yang menggelantung dihadapanku.
Kagumku pada waktu yang tak pernah berhianat, ia terus berputar bak roda pedati yang terus menggelinding, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, tak terasa, aku telah melewati beberapa bulan lamanya di toko itu, bukan hanya soal waktu, peristiwapun beragam dan beraganti ku alami. Petaka mengahadang, aku terkurung pada peristiwa kesalah pahaman antara aku, majikan dan istrinya. Aku dituding memiliki hubungan sepesial oleh sang istri, tuduhan itu berawal dari sebuah pesan yang salah diartikan. Aku memang sering terlibat canda-gurau bersama majikanku, layaknya antara seorang ayah dan anak, keberadaannya adalah kehadiran seorang ayah untuk anaknya, aku adalah anak dia majikanku adalah ayah, itu saja, tak sedikitpun ada rasa selain bahwa dia adalah seorang ayah bagiku. Dia adalah laki-laki yang baik, karena kebaikannyalah aku merasa melihat sosok ayah dalam dirinya yang dimana aku jarang mendapati ayahku yang begitu dekat denganku. Kerinduanku akan sosok ayah membuatku tak sadar bahwa majikanku adalah keluarga berbeda yang memiliki keluarga sendiri. Tudingan sang istri bahwa aku dan suaminya memiliki hubungan terselubung telah menciptakan suasana hati yang gersang, aku tak mendapatkan kenyamanan lagi dalam bekerja, setiap hari aku mendengar kata-kata kasar dari mulut perempuan itu,  makian dan cacian acapkali merobek gendrang telingaku, betapa getirnya kurasa,  aku dituduh merampas suaminya. 
Aku telah terdampar didanau yang kerontang, aku telah lelah merajut mimpi yang yang tak pasti, “bisakah aku yang masih belia memiliki hubungan asmara dengan laki-laki yang usianya sama dengan usia ayahku ?” tanyaku pada diri sendiri. Tentangku dan tuduhan itu telah menjadi bola liar yang menggelinding, dikonsumsi secara mentah-mentah oleh semua orang dan mereka mempertanyakan tentang dirikku. Hatiku bagai teriris, anganku terasa kelam, jalanku terjal, aku seperti masuk disebuah jurang yang sangat dalam. Ayah dan ibuku selalu bertanya tentang peristiwa itu, aku berusaha meyakinkan keduanya bahwa aku tidak mungkin melakukan hal seperti yang dituduhkan, ayah dan ibuku lantas memintaku untuk tidak lagi bekerja ditempat yang telah memporak-porandakan sendi kedamaian hidupku itu.


Bersambung...... ke Bag. 2 ( Semalam Di Yogyakarta )

0 komentar:

Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts