JAMKESMAS Tidak Tepat Sasaran.
MUSREMBANG |
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu yang tujuannya untuk meningkatnya akses dan
mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu
agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan
efisien. Kartu peserta Jamkesmas yang ditanda tangani oleh menteri kesehatan
itu telah dibagikan oleh pihak Puskesmas melalui Kepling (kepala Lingkungan)
masing-masing.
Di Kelurahan Suryawangi Kecamatan Labuhan Haji beberapa hari yang lalu, kartu yang berwarna biru muda itu sudah berada di tangan semua Kepala lingkungan setempat, namun setelah dibagikan kartu tersebut menuai kekecewaan warga yang merasa layak mendapat Jaminan kesehatan tetapi tidak mendapat kartu tersebut, aksi protes keras pun berdatangan ke kepala lingkungan, mereka menuding Kepala Lingkungan tidak adil dan tidak mengenal warganya, salah satunya di Lingkungan Timba Lindur Kelurahan Suryawangi, warga yang kecewa menilai sang Kepling buta dalam melihat kondisi warganya pada saat pendataan. Menurut Kepling Timba Lindur Zainuddin bahwa dia banyak menuai protes dari warganya, “banyak warga yang protes ke saya, mereka mengatakan saya buta karena kartu jamkesmas yang saya bagikan tidak tepat sasaran, yang layak mendapat kartu justru tidak ada namanya, padahal saya tidak terlibat dan dilibatkan pada saat pendataan” pungkasnya. Hal senada juga di ungkapkan oleh Kepling Pancoran Manis Kelurahan Suryawangi, menurut Khairil bahwa pada saat pendataan ia tidak dilibatkan sehingga ia juga tidak bisa mempertanggung jawabkan hasil pendataan “ banyak warga saya yang berhak mendapat jamkesmas, tapi kartunya tidak dapat, malah yang tidak layakdapat justru ada kartunya dan saya juga tidak bisa berbuat apa-apa karna pada saat pendataan saya tidak tau karna saya tidak dilibatkan” jelasnya. Persoalan data yang carutmarut, yang memunculkan banyak protes warga itupun mengemuka pada saat Musrenbang Kelurahan Suryawangi, protes dari berbagai kalangan bermunculan, peserta rapat mengarahkan tudingan mereka kepada BPS (Badan Pusat Statistik), karna pihak BPS lah yang melakukan pendataan. Menurut Sekretaris LKMK Suryawangi Harpan Siswandi bahwa pihak BPS tidak mendata dengan fakta sosial yang ada, “BPS hanya mendata asal-asalan, masih banyak warga miskin dan tidak mampu tidak mendapat kartu jamkesmas, saya banyak mendapat pengaduan dari warga, bahkan Kepling Pengaluranpun sampe tidak berani membagi kartu itu karna takut menimbulkan konflik di tengah-tengah warganya” terangnya. Begitu juga halnya dengan pihak Puskesmas yang menyalurkan Kartu Peserta Jamkesmas ke tiap-tiap lingkungan, menurut Haerani Kepala Tata Usaha Puskesmas Labuhan Haji bahwa Puskesmas bukan sebagai penentu siapa yang layak dan tidak layak mendapatkan kartu jamkesmas, karna kartu tersebut dibuat oleh kementerian kesehatan di jakarta sesuai dengan data yang diberikan oleh BPS, “kita dari Puskesmas hanya distributor, menyalurkan saja, datanya dari BPS dan ditentukan serta dibuat kartu itu di jakarta oleh kementrian kesehatan” jelasnya.
Di Kelurahan Suryawangi Kecamatan Labuhan Haji beberapa hari yang lalu, kartu yang berwarna biru muda itu sudah berada di tangan semua Kepala lingkungan setempat, namun setelah dibagikan kartu tersebut menuai kekecewaan warga yang merasa layak mendapat Jaminan kesehatan tetapi tidak mendapat kartu tersebut, aksi protes keras pun berdatangan ke kepala lingkungan, mereka menuding Kepala Lingkungan tidak adil dan tidak mengenal warganya, salah satunya di Lingkungan Timba Lindur Kelurahan Suryawangi, warga yang kecewa menilai sang Kepling buta dalam melihat kondisi warganya pada saat pendataan. Menurut Kepling Timba Lindur Zainuddin bahwa dia banyak menuai protes dari warganya, “banyak warga yang protes ke saya, mereka mengatakan saya buta karena kartu jamkesmas yang saya bagikan tidak tepat sasaran, yang layak mendapat kartu justru tidak ada namanya, padahal saya tidak terlibat dan dilibatkan pada saat pendataan” pungkasnya. Hal senada juga di ungkapkan oleh Kepling Pancoran Manis Kelurahan Suryawangi, menurut Khairil bahwa pada saat pendataan ia tidak dilibatkan sehingga ia juga tidak bisa mempertanggung jawabkan hasil pendataan “ banyak warga saya yang berhak mendapat jamkesmas, tapi kartunya tidak dapat, malah yang tidak layakdapat justru ada kartunya dan saya juga tidak bisa berbuat apa-apa karna pada saat pendataan saya tidak tau karna saya tidak dilibatkan” jelasnya. Persoalan data yang carutmarut, yang memunculkan banyak protes warga itupun mengemuka pada saat Musrenbang Kelurahan Suryawangi, protes dari berbagai kalangan bermunculan, peserta rapat mengarahkan tudingan mereka kepada BPS (Badan Pusat Statistik), karna pihak BPS lah yang melakukan pendataan. Menurut Sekretaris LKMK Suryawangi Harpan Siswandi bahwa pihak BPS tidak mendata dengan fakta sosial yang ada, “BPS hanya mendata asal-asalan, masih banyak warga miskin dan tidak mampu tidak mendapat kartu jamkesmas, saya banyak mendapat pengaduan dari warga, bahkan Kepling Pengaluranpun sampe tidak berani membagi kartu itu karna takut menimbulkan konflik di tengah-tengah warganya” terangnya. Begitu juga halnya dengan pihak Puskesmas yang menyalurkan Kartu Peserta Jamkesmas ke tiap-tiap lingkungan, menurut Haerani Kepala Tata Usaha Puskesmas Labuhan Haji bahwa Puskesmas bukan sebagai penentu siapa yang layak dan tidak layak mendapatkan kartu jamkesmas, karna kartu tersebut dibuat oleh kementerian kesehatan di jakarta sesuai dengan data yang diberikan oleh BPS, “kita dari Puskesmas hanya distributor, menyalurkan saja, datanya dari BPS dan ditentukan serta dibuat kartu itu di jakarta oleh kementrian kesehatan” jelasnya.
Menanggapi Kartu Peserta Jamkesmas yang sumber
datanya dari BPS, Kepala Badan Pusat Statistik L. Supratna yang di temuai di
ruang kerjanya membenarkan bahwa pihak BPS yang memberikan data terkait dengan
kartu peserta jamkesmas namun pihak BPS bukan sebagai penentu siapa yang akan
mendapatkan Kartu Jamkesmas, menurut Supratna bahwa BPS hanya melakukan suatu
kegiatan atau pendataan yang namanya Program Perlindungan Sosial (PPLS) yaitu
Data Base untuk tahun 2011 adalah pendataan 40% penduduk yang berpendapatan menengah kebawah untuk
Data Base yang merupakan data terpadu nasional yang di serahkan kepada TNP2K
(Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan). ”soal peruntukannya mau jadi Jamkesmas, data
Raskin atau data apapun itu, itu adalah kewanangannya TNP2K, jadi BPS hanya
membuat Data Base Nasional secara umum yang akan diserahkan kepada TNP2K untuk
dipergunakan oleh Kementrian atau Lembaga, dan Kementrian atau Lembaga itulah
yang akan mengeluarkan sendiri dari data-data itu siapa-siapa yang layak
mendapatkan itu dan ini sesuai dengan kretiria masing-masing kementrian atau
lembaga, jadi bukan kreteria dari BPS lagi”, papanya.
Sambung Supratna menanggapi soal tidak
dilibatkannya Kepala Lingkungan, dia mengatakan bahwa pendataan merupakan
sebuah penelitian yang tidak mungkin melibatkan semua unsur, “BPS hanya
mengkoordinasi, jadi tolong dibantu saja bahwa disini ada kegiatan pendataan,
membantu bukan berarti harus interpensi langsung, karena BPS mempunyai
variabel-variabel untuk mengukur apa yang mau kita ukur, jadi kalau kita
libatkan Kepala lingkungan atau Kepala desa bisa menjadi kacau datanya karna penilaian mereka adalah persepsi
yang subjektif tentunya, sementara pendataan kita konsep dan definisinya sudah
jelas, jadi tidak harus terlibat secara teknis ke dalam.” Jelasnya. (adhi).
Kartu Peserta JAMKESMAS Menghawatirkan.
Kartu peserta Jamkesmas yang telah dibagikan ke tiap-tiap warga
bukan saja ada yang tidak tepat sasaran, tetapi kartu tersebut juga banyak
kekeliruan terutama nama penerima yang tidak sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk
ataupun dengan Kartu keluarga yang bersangkutan. Salah satu warga suryawangi
mengaku nama yang ada di kartu jamkesmas yang diterimanya berbeda dengan
namanya yang ada di KTP ataupun di KK, menurut Herwan sapaan akrabnya, mengaku
bahwa nama di Kartu Peserta Jamkesmas itu tertulis Hirwan Khasanah padahal
namanya yang benar baik di KTP maupun di KK adalah Herwan Kasasih, “saya jadi
khawatir dengan kartu jamkesmas ini, jangan-jangan saya nanti tidak mendapat
pelayanan karna nama saya jauh berbeda antara kartu jamkesmas dengan yang ada
di KTP dan KK saya, Alamat dan Jenis kelamin sudah tepat dan tidak ada nama
Hirwan Khasanah pula dilingkungan saya, jika dikatakan kartu jamkesmas itu
milik orang lain” tuturnya. Beberapa Kepala Lingkungan yang berada di Kelurahan
Suryawangi juga membenarkan tentang banyaknya nama yang keliru, tidak sesuainya
nama yang tertulis di kartu Jamkesmas dengan nama sebenar. (adhi).