Jumat, 07 Februari 2020




Foto : Peserta KKN Tematik Pariwisata dan Anggota Pokdarwis Kelurahan Suryawangi


Aku tak banyak tau tentang apa, kenapa dan bagaimana kalian disana. Cerita tentang hiruk pikuk dan kehangatan hubungan kalian diposko, hanya dapat aku tankap lewat foto yang kalian posting sambil bercanda di WA grup. Kalian begitu akrab dan bersahabat dengan lingkungan dan warga sekitar. Hanya sesekali aku terlibat dan kalian melibatkanku dalam beberapa kegiatan, namun ketahuilah, bahwa aku banyak menyimpan tentang bagaimana hubungan emosional yang kalian bangun dalam kurang-lebih empat puluh hari itu.
Penggalan kisah anak KKN kali ini tentu saja jauh berbeda dengan peristiwa KKN di Desa Penari yang sempat Viral beberapa bulan yang lalu dan terdengar menyeramkan, kisah horor itu konon sampai memakan korban jiwa, peserta KKN ditemukan meninggal dunia, kira-kira begitulah ceritanya, tapi yang satu ini adalah bagaimana sebuah keterasingan menjdi tempat yang mengesankan, dari lingkungan yang terasa asing bagi mereka seolah sirna menjadi lingkungan yang amat berat ditinggalkan, ketemu dengan orang-orang asing berujung serasa bagian dari 'keluarga baru' mereka yang menyenangkan.
Realisasi kegiatan intrakurikuler yang memadukan tri darma perguruan tinggi kali ini dikemas dengan sebutan “KKN Tematik Pariwisata”. Untuk melaksanakan program-program mereka tentu saja harus banyak nge-Pantai, karena obyek wisata yang digarap Pokdarwis dan pemerintah Kelurahan Suryawangi adalah kawasan pantai yang tak pernah sepi oleh pengunjung dan gaduhnya deburan ombak yang tak pernah henti menerpa bibir pantai pelangonan Lengkok.
Disalah satu kegiatan, ada kegiatan penghijauan, dengan menanam pohon di area pantai yang merupakan kegiatan kolaborasi romantis yang indah, kelompok peserta KKN dan Pokdarwis Suryawangi bergerak menyisir lingkar obyek wisata  menghijaukan kawasan pantai. Pagi itu, sambil menanam beberapa jenis pohon, kalian nampak saling melempar senyum, tertawa renyah, saling menggoda dan berfoto ria mengabadikan keharmonisan kalian, begitu juga pada kegiatan sore yakni bersih-bersih pantai dan kegiatan-kegiatan lainnya, suasananya selalu begitu.
disamping itu pula, mereka (pesertaKKN) masuk ke sekolah-sekolah membina pelajar sekolah dasar, ke masjid menyelenggarakan ibadah bersama kelompok karang taruna dan remaja masjid, kekampung dan kerumah-rumah warga berbaur menciptakan keakraban, hingga tak ada yang asing dengan lingkungan yang baru mereka kenal.
Alur cerita Kaka-En dan Pokdarwis  nyaris tak melahirkan kesenduan, pantas ketika perpisahan menghampiri, ada genangan air mata,  ada kesedihan yang mendalam, ada kerinduan yang enggan dilepaskan. Betapa detik-detik itu menjadi sangat sakral dan tak mau dilewatkan begitu saja, seolah dipenghujung pertemuan itu ingin dibuat prasasti emas sebagai bukti sejarah bahwa mereka telah hidup bersama dalam suka cita yang terpatri dalam jiwa masing-masing.
Hari itu, sejak siang hingga larut malam, ucapan terima kasih silih berganti, ungkapan permohonan maaf serta untaian doa-doa mengalir deras, menggelinding menghiasi wall Whatsapp Grup, sisa-sisa air mata yang terpaksa tertahankan telah terwakili oleh symbol emotion di Chat Whatsapp Grup.
Kini..... kalian, kita, sudah tak dapat bertegur sapa lagi, tak dapat berbagi tawa dan canda di pantai, tak dapat berdiskusi, berbincang ria menghabiskan separuh malam diposko kalian, semuannya telah berakhir, waktu telah mempertemukan mereka, maka waktu pula yang menyekat kebersamaannya. Perpisahan yang terjadi dirasa getir, banyak kalimat yang tak mampu terucap, hanya terwakili oleh buliran bening yang merayap dipipi mereka. Sepenggal kisah ber-Kaka-En di Kelurahan Suryawangi menjadi memori terindah yang sulit terlupakan.
Dulu....nama Grup WAnya,“KKN, POKDARWIS, Kr. Taruna”, sekarang berubah menjadi Grup “Keluarga_Suryawangi” ini menandakan bahwa mereka dan warga suryawangi telah menjadi satu ikatan dalam kedekatan emosional.
Sekarang.....jarak dan waktu telah benar-benar menjadi pemisah, sobekan kecil kisah KKN Tematik Pariwisata UNRAM bersama Pokdarwis Suryawangi, Warga Lingkokdudu dan tentang Pantai Pelangonan Lengkok perlahan telah tertiup angin, mungkin saja akan menjadi kembang tidur yang hanya teringat ketika baru bangun saja.
Kami warga beserta alam Suryawangi, berpesan kepada adik-adik yang baik, Gun, Teguh, Agis, Ziad, Nia, Irma, Gustin, Tita, Lila, Yeni, teruslah melangkah, tataplah masa depan kalian, kuatkanlah diri kalian, masih banyak tantangan menunggu dihadapan kalian, doa kami bersamamu.

 “Kenanglah kami, tapi Jangan Rindukan”


Penulis : Adhi
(BuruhHarianLepas)
 


0 komentar:

Tuaq Adhi

Aku hanya menulis ketika ada bisikan hati. Aku tak akan menulis jika terpaksa apalagi dipaksa. Karena Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki.

Utama

Cari Disini

Adhi. Diberdayakan oleh Blogger.

Ucapan

TERIMAKASIH TELAH BERKUNGJUNG DI Senandung Anak Desa

Translate

Kutipan

Semua manusia memliki potensi utk mencapai kebenaran, tetapi tidak mungkin kebenaran mutlak dimiliki oleh manusia, karena yg benar secara mutlak hanya Tuhan. Maka semua pemikiran manusia juga harus dinilai kebenarannya secara relatif. Pemikirn yg mengklaim sbg benar secara mutlak, dan yg lain berarti salah secara mutlak, adlh pemikiran yg bertentangan dgn kemanusiaan dan keTuhanan.

Note

Tidak ada satupun peradaban yang terlahir di bumi ini tanpa proses hijrah, Harimau yang terkenal sebagai raja rimba akan tetap dalam kelaparan kalau dia tidak meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, keindahan sayap kupu-kupu akan menjadi keindahan pribadi tanpa bisa di nikmati orang kalau dia tidak meninggalkan kepompongnya, begitu juga halnya dengan manusia dia tidak akan mernjadi manusia paripurna kalau dia tidak meninggalkan kampung halamannya untuk menggali ilmu ilahi.

Popular Posts